The Life Book

The Thoughts [ Part. 1 ]


HERS 
I met a guy who I have never thought I would fall in love with him.
He is handsome, passionate, funny, and extremely caring.
Oh! He likes anime and so do I.
I can talk the whole things with him.
He seems like everything I need.
I really like him.

When I am falling down, he catches me.
When I am cold, he warms me up.
When my heart is weak, he rescues me.
With love …
He knows how to love me.
He makes me feel real good.

But …
I have been hurt too many times.
I do not know how to open myself up.
Though, I am trying.
I am scared.
                                                                        This love will end in tears and treachery.

I figure out there seems like a wall standing here between us.
When I start to have courage to be one step further with him.
He does not know my feeling for him is getting stronger.
That I have not told him yet.
And it is been eating me.
I know he is hiding something.
But I do not want to force him to tell me.
I am terrified to lose him.

He just does not know how much I love him.
I am so worried about him.
Why can’t he tell me the truth ?
I do not want to make him feel so alone.
I do want him to let me in to the river of his sorrow.

He is too secretive.
He tends to think not telling me anything is better for us.
Those are things I hate the most about him.

I am frustrated and bitchy.
I say I am done with him.
There might be someone else who can make him feel better.

I do love him.
I will never be the same without him.

Is it our ending ?
Even if it should be, I would never stop loving him.
 
HIS
I met a girl who I have never thought I would fall in love with her.
She is beautiful, smart, funny, and extremely cute.
Oh! She likes anime and so do I.
I can talk the whole things with her.
She seems like everything I need.
I really like her.

When I am falling down, she catches me.
When I am cold, she warms me up.
When my heart is weak, she rescues me.
With love …
She knows how to love me.
She makes me feel real good.

But ….
I have been hurt too many times.
I do not know how to open myself up.
Though, I am trying.
I am scared.
This love will end in tears and treachery.

I figure out there seems like a wall standing here between us.
When I start to have courage to be one step further with her.
She does not know I still have lot of things on my plate.
That I have never told her yet.
And it is been eating me.
But I decide to hide it all inside.
I do not want to scare her off.
I am terrified to lose her.

She just does not know how much I love her.
I do not want to make her worried about me.
I am not able to tell her the truth.
I do not want to stop make her smile.
I do not want to make her drown in the river of my sorrow.

She is too insecure.
She tends to take things too seriously.
Those are things I hate the most about her.

I am frustrated and bitchy.
She says she is done with me.
Does she want us to be just friends then ?
I  do love her.
I will never be the same without her.

Is it our ending ?
Even if it should be, I would never stop loving her.




I'm (Still) Missing You




For: 
Beloved, A.D. ...

Hari itu tegur sapa menjadi pembuka awal cerita kita.

Tiada inginku menaruh rasa saat canda tawa perlahan mengisi hariku dan harimu.

Tak hanya sekali datang sepintas keraguan mengacaukan aku.

Namun, kunikmati juga perhatianmu.

Tak hanya sekali kupaksa pintu hati ini menutup, berharap jangan lagi ada luka.

Namun, kuizinkan juga kedatanganmu.

Tak hanya sekali kudapati diriku begitu takut akan ada lagi kehilangan.

Sebab, kita seolah dekat namun tembok tinggi tegak berdiri di antara kita.

Tak hanya sekali aku terlelap dengan genangan air mata di wajahku.


Aku takkan pernah siap kehilanganmu …



Katakanlah, sayang …

Apa aku tak pernah benar – benar cinta?

Untuk pertama kalinya aku melihat sosokmu berdiri di hadapanku.

Sepanjang temu, aku tak pernah benar bisa mengalihkan pandangku,

meski aku coba membuang muka sesekali.

Dan kamu, tak pernah benar bisa berhenti mencandai aku.


Aku takut kehilanganmu …



Katakanlah, sayang …

Apa aku tak pernah benar – benar cinta?

Aku begitu menikmati segalanya.

Bahkan terkadang aku lupa, seiring kebahagiaan kita, dinding itu semakin meninggi.

Dan aku kembali terhempas karenanya. Perasaanku koyak.

Seperti muncul luka tanpa aku tahu siapa yang menggoresnya.

Perasaanku hancur.

Semakin erat genggaman tangan kita, pedih semakin meluluh-lantakkan aku.


Aku makin takut kehilanganmu …



Katakanlah, sayang …

Apa aku tak pernah benar – benar cinta?

Kuabaikan luka ini, kubiarkan diriku terlena dalam perhatianmu,

usapanmu pada gerai rambutku,

peluk hangat setiap aku merasa kedinginan,

kecupan manis setiap kali jumpa kita,

candamu yang seringkali menjengkelkan aku,

juga senyum dan tatap matamu yang menenangkan hatiku,

yang aku tahu mungkin esok tak dapat lagi aku nikmati.

Tak pernah berani aku mengatakannya, lewat bisik pun tidak.

Tak pernah berani aku merusak kebersamaan kita.

Meski sungguh, luka ku menganga semakin dalam,

seolah ia tak ingin melihat aku bertahan.


Aku benar – benar takut kehilanganmu ...



Katakanlah, sayang …

Apa aku tak pernah benar – benar cinta?

Aku tak mampu untuk tidak menangis,

setiap kali kau tanyakan padaku,

Apa kamu akan pergi?
" Apa kamu akan tinggal selamanya?

Aku tak mampu untuk menghentikan tangisku,

setiap kali kucoba katakan,

" Tidak, aku tak akan pergi.

" Aku ingin selalu bersama kamu.
 
Sungguh! Aku tak ingin benar – benar pergi …


 Aku tak ingin kehilanganmu …


Namun, aku tak ingin membawa kita terhanyut jauh lebih dalam. 

Sebab, takkan sanggup aku merelakan sebuah perpisahan,
ketika genggaman ini semakin terasa berat untuk kita lepaskan.


Aku tak ingin pernah melukai kamu dengan sikap dinginku …
Namun, aku harus ...
Sebab, kita harus berhenti ...

Sungguh! Berada dalam dekapmu selalu menjadi inginku, 
sebagai tempat ternyaman untukku bersandar.


Aku tak pernah benar - benar ingin kehilanganmu …



Katakanlah, sayang …

Apa aku tak pernah benar – benar cinta?

Bila kini masih namamu yang ingin selalu kusebut?

Bila kini masih pelukmu yang ingin selalu kurasa?

Bila kini masih  sosokmu yang selalu hadir tiap aku memejam?

Bila kini masih kebersamaan kita yang selalu melintas dalam heningku?

Bila kini masih air mata yang menderu deras tiap aku mengingatmu?

Bila kini masih saja benakku mereka ulang segala kenangan tentang kita?



Katakanlah, sayang …

Apa hanya aku yang masih benar – benar cinta?

Apa hanya aku yang masih benar – benar rindu?


Katakanlah, sayang …

Apa hanya kamu yang masih tak mampu lupa?

Apa hanya kamu yang merasa terluka?

Pikirmu, aku tidak?


Katakanlah, “ Aku (masih) mencintaimu …

sebab aku (masih) mencintaimu.

Katakanlah, “ Dapatkah kita saling kembali menggenggam? 

sebab di hatiku masih ada kamu.


Mungkinkah? 

Aku masih tak mampu kehilanganmu …


Aku masih berharap untuk tak pernah kehilanganmu …


 -----------------------------
P.s: 

I'm still missing you ...

      &

Thanks for the memories ... 



With love,

Jessica

Sepenggal Kisah Lalu Untuk Kita


Saturday, May 03, 2014 3:40 PM


 Teruntuk kamu,
yang kini tenggelam hampa,
yang diam memendam rindu pada sosok yang sempat hilang,
yang kembali mengingini seberkas harapan.
- V -



Hai, sayang.
Dengarlah, betapa hujan kala sore ini begitu mengalun deras,
membuatku tak kuasa menutup celah saat bayangmu kembali hadir,
seolah memaksa ingatanku bekerja,
kepada sebuah kenangan.

Hai, sayang.
Entah aku harus membenci hujan atau malah tetap menyukainya,
seperti di kala kita masih berpegangan erat,
tanpa mau saling melepas,
saling menawarkan bahu sebagai tempat bersandar,
tanpa mau saling melewatkan.
Sebab, hujan adalah saksi bisu,
yang diam-diam bersorak-sorai atas kebersamaan kita,
namun ia juga yang diam-diam meneteskan air mata,
atas perpisahan kita.

Hai, sayang.
Sempat terpikir dalam benakku, kau adalah seorang pembual,
saat kau bisikkan,
“Aku pernah meminta seorang teman hidup kepada Tuhan,
dan kemudian kau hadir sebagai jawabnya.”
Namun, kureka kembali pintaku kepada Tuhan,
“Tuhan, Engkau yang paling tahu apa yang terbaik untukku,
dapatkah Kau memberiku teman hidup seperti inginku selama ini?”
dan kemudian kau hadir sebagai jawabnya.

Hai, sayang.
Kurasa terlalu tiba-tiba kedatanganmu,
hingga menimbulkan tanya dalam benak.
Kurasa terlalu singkat perkenalan kita,
hingga memburu gesa satu kedekatan.
Kurasa terlalu cepat kepergianmu,
hingga menyisakan tangis serta gurat luka,
Kurasa terlalu sayang kebersamaan kita,
hingga masih menetap namamu dan juga kenangan.

Hai, sayang.
Sempat tak kumengerti ketika kita perlahan berjalan menjauh,
bahkan tanpa punya waktu tuk mengucapkan selamat tinggal.
Namun kini kusadari, temu masih 'kan mengundang kita,
dalam ruang dan waktu yang lain.

Hai, sayang.
Tuhan sungguh bermurah hati kepada kau dan aku,
Panjatan doa kita dari ruang dan jarak yang berbeda,
mempertemukan kita pada akhirnya.

Hai, sayang.
Tuhan sungguh kecewa terhadap kau dan aku,
sebab bukan ingin-Nya mendapati kita menjauh dari-Nya,
sebab kita dileburkan menjadi satu tuk bersama merasakan kasih-Nya.
Kita telah salah mengartikan segalanya,
menghentikan kita pada akhirnya, 
yang kuharap hanya sejenak, adalah jalan terbaik.

Hai, sayang.
Terlampau dalam rasa yang kita goreskan.
Terlampau dekat hati yang kita lekatkan.
Terlampau berharga kenangan yang kita miliki.
Terlampau indah hadiah yang Tuhan berikan.

Hai, sayang.
Tuhan yang t'lah mengirimkanmu untukku,
Ia jugalah yang berhak mengambilmu kembali.
Kurelakan segala yang kuharap selamanya tetap,
asal kau tak lagi semakin jauh dari pada-Nya.
Kurelakan kamu yang kuharap selamanya tinggal,
asal kau semakin mendekat kepada-Nya.

Hai, sayang.
Sudahkah kukatakan kepadamu?
Meski bukan aku lagi yang kini berjalan iringi langkahmu,
namun doaku ‘tuk kebahagiaanmu kuharap selalu menyertaimu.
Tak sekali pun pernah ku lupa ‘tuk menyelipkan namamu dalam doaku.
Dan lalu Tuhan mendatangkanmu kembali kepadaku.

Hai, sayang.
Bila Tuhan sungguh dapat mempertemukan dan menghentikan kita,
mengapa tak lagi kita minta pada-Nya,
‘tuk mengeratkan kembali genggaman yang pernah terlepas,
‘tuk menyatukan kembali dua hati yang pernah terpisah.

Hai, sayang.
Tentang sepenggal kisah lalu……
percayalah, Tuhan adalah penulis cerita untuk kita,
ketahuilah, Tuhan adalah penggerak langkah kita.
Mengapa tak lagi kita harap pada-Nya?
‘tuk melihat-Nya bersuka,
ketika Ia dapati kita berjalan bersama selamanya,
di bawah naungan cinta kasih-Nya,
sebagai akhir cerita.

Hai, sayang.
Entah Ia memberi kesempatan atau mungkin juga tidak,
untuk kau dan aku memulai kembali.
Namun, sepenggal kisah lalu adalah memang untuk kita.
Cerita yang kuharap tersimpan rapat dalam hati,
tanpa harus lekang oleh waktu.


Dari aku,
yang selalu merindukan kamu,
yang tiada pernah pupus harapan,
yang kini nyata merengkuh lagi sekerlip cahaya.
- J -

Back to Top