Kamu dan Rumah Yang Hilang



Backsong: 
1. The Script - The Man Who Can't Be Moved
2. Pixie Lott - Cry Me Out
3. Claude Kelly - Always A Day Too Late
4. Demi Lovato - Shouldn't Come Back
___________________________________________________________________________________

“Those who come back are usually those who do not want to fight more, but also do not want to be left."

 ___________________________________________________________________________________


Teruntuk 'dia' yang pernah mengecewakan aku, kemudian kembali datang hanya tuk mengulangi kesalahan yang sama.

Teruntuk mereka yang pernah menyia – nyiakan seseorang yang sesungguhnya adalah yang paling berarti.

Teruntuk siapa pun yang pernah dikecewakan, di sia-siakan, namun kini telah terbebas dari belenggu luka akibat ‘MEREKA’ :)



---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pernah ada suatu masa dimana kita berpisah bahkan tanpa saling mengucapkan selamat tinggal.

Hari itu kata – kata yang tidak pantas tuk diucapkan banyak terucap dari bibirmu.

“Betapa percaya dirinya kamu! Aku takkan pernah merindukan kamu.”

“Ada baiknya bila kau mengubah perilakumu bila masih ingin ada seseorang yang menginginkan kamu suatu hari nanti.”

“Aku bukanlah pria bodoh. Aku bisa mencari yang lebih dari kamu.”

Hari itu cinta seakan tersembunyi. Ia tak lagi tampak.

Atau bahkan tak dapat terlihat lagi sosoknya.

Atau mungkin cinta telah jatuh tenggelam dalam lautan ego.

Hari itu ego seperti hembusan nafas tuk menghidupkan benakmu yang sesungguhnya mati sekaligus melumpuhkan hatimu yang sebenarnya masih menyimpan cinta.



Hari itu luka yang kuterima darimu menganga semakin lebar.

Tanpa sempat kuselesaikan waktu tuk memulihkan bagian yang pernah terluka.

Tanpa sempat untukku menambal lagi luka baru yang masih basah satu – persatu.

Hingga ku memilih tuk menikmati seluruhnya.

Hingga ku memilih tuk berusaha tak memunculkan keluh meski peluh seakan tak pernah berhenti.

Aku membiarkan diriku mencecap seluruhnya.

Sampai nanti segalanya mengering.

Aku membiarkan air mata menjadi teman sebelum tidurku setiap malam yang bahkan tak pernah lagi bisa lelap.

Sampai nanti takkan ada lagi air mata akibat menahan pedih – perih.



Dan hari itu juga aku tahu....

Suatu hari nanti kamu akan kembali....lagi....

Kembali dengan berpura – pura lupa pada kata – kata yang pernah terucap di hari kita berpisah.

Suatu hari nanti kamu akan kembali....lagi....

Entah untuk memperbaiki kembali cinta yang pernah koyak.

Atau untuk menorehkan kembali luka untuk kedua kali.

Dan hari itu juga semilir angin bagai menjelma menjadi sosok pengingat, berhembus membisikkan beberapa penggal kata, “Yang kedua....Dia datang untuk tujuan yang kedua.”

Saat semuanya hanya baru sebatas dugaan. Sebatas angan.



************

Enam hari yang lalu. Pagi hari.



Aku terbangun dari tidurku dan mendapati dirimu kembali datang.

Sempat tak percaya hingga aku berkali – kali mencubit kedua pipiku.

Hanya demi membuktikan bahwa ini bukanlah mimpi.

Ya……. Memang benar kamu.

Sosokmu datang di setengah perjalananku membenamkan seluruh kenangan tentang kita.


Kedua bahuku yang mulai terasa ringan melepaskan beban yang membelenggu,

kini kembali terasa berat seperti dihantam sebongkah batu besar.

Kedua kakiku yang mulai melangkah ringan tuk beranjak meninggalkan masa lalu.

kini kembali terasa berat seperti terantuk sesuatu di tengah jalan.

Luka di sana-sini yang perlahan telah mulai mengering seiring berjalannya waktu.

kini kembali terasa pedih sebab luka baru seperti rindu untuk hinggap dalam diriku.

Dan satu – satunya hatiku yang pernah koyak menjadi kepingan – kepingan yang patah,

hatiku yang mulai dapat utuh kembali,

kini perlahan seperti mulai kembali retak.


Aku mendapati kenangan yang berusaha aku kubur dalam kotak yang tak ingin kubuka lagi kembali terkuak.

Aku mendapati diriku kembali berharap tuk bersama – sama dengan kamu.

Aku mendapati hatiku kembali ingin diperjuangkan oleh kamu.

Namun aku pun mendapati logikaku kembali berseru untuk tak menerima kedatanganmu beserta luka yang sudah pasti kau bawa untuk ditorehkan lagi.

Sebab hati hanya mendahulukan perasaan. Sementara logika menyingkap kenyataan.



Aku mendapati kamu kembali datang.
Bertanya berulang kali, "Apa yang harus aku lakukan agar dapat bersama - sama dengan kamu lagi?"
Bodoh. Lantas apa gunanya kamu kembali?  

Aku mendapati kamu kembali datang.

Tanpa ada cara tuk memperjuangkanku kembali.

Tanpa ada usaha tuk membuatku mempercayaimu kembali.
 


Aku mendapati kamu kembali datang.

Dengan membawa luka.

Dengan menggoreskan lagi sayat sembilu untuk kedua kali.

Dengan menciptakan kekecewaan untuk kedua kali.

Dengan menghadirkan tangis untuk kesekian kali.
___________________________________________________________________________________   
"Mereka yang hidup di masa lalu, kemudian kembali, seharusnya datang dengan perjuangan lebih. Bukan hanya membawa sesal namun tak berbuat apa - apa."

"Atau mungkin memang aku sudah semestinya menutup pintu rapat - rapat tanpa harus membukanya kembali sekalipun kamu datang?"
___________________________________________________________________________________


Aku mendapati diriku baru saja menoleh sejenak ke belakang. Menyakitkan.
___________________________________________________________________________________
“Manusia boleh menoleh ke masa lalu, namun tidak untuk berjalan mundur. Itu sebab mengapa kepala hanya dapat menatap lurus ke depan, namun tidak pernah bisa untuk diputar ke belakang.”
___________________________________________________________________________________


Pada suatu masa. Terletak di hatimu.



Aku pernah berdiri di sana.

Malu – malu menatapmu.

Meski akhirnya kamu mengundangku masuk,

dan aku membiarkan diriku terhempas dalam sosokmu yang memesonaku.

Aku pernah berdiri di sana.

Menikmati adanya segumpal rasa bahagia yang tercipta.

Menikmati rasanya dicintai dan dijaga olehmu.

Namun sayang, perlahan segalanya berubah sebab waktu berputar terlalu cepat.


Aku pernah menetap di sana.

Merelakan diriku mematung.

Menunggu kepulangan ‘sosokmu yang menyenangkan’

Seperti saat pertama kali kita bertemu.

Namun sayang, sosok itu tak kunjung datang.


Aku pernah menetap di sana.

Mengorbankan hampir seluruh perasaanku.

Mengesampingkan hampir setiap lelah.

Menyembunyikan hampir setiap tetes air mata.

Demi sosokmu yang bahkan tak pernah dapat sedikit pun melihat meski tuk sejenak.


Aku pernah menetap di sana.

Berusaha tetap menghadirkan seulas senyum.

Dengan berangan – angan kisah kita akan berakhir bahagia,

seperti cerita dalam dongeng.

Berusaha bertahan.

Namun sayang, hatiku menolak tuk bertahan.


Aku pernah menjadikan diriku sebagai rumah.

Rumah untuk tempatmu pulang.

Saat dirimu tak tahu harus berlari kemana.

Saat dirimu tersesat dan tak tahu dimana tempat tuk bersandar.

Saat dirimu tak punya siapapun tuk berbagi keluh – kesah.

Saat dirimu masih memiliki aku.

Namun sayang, rumah itu telah tiada. Kini.


Aku pernah sempat mengharapmu datang.

Namun sayang, kamu terlambat pulang.
______________________________________________________________________________________


Pandanglah ke cermin. Bayangmu 'kan menunjuk dirimu dan mengucap, “Itu adalah kamu…… Dan ‘rumah’mu t’lah hilang.”



Pandanglah aku. 'Kan kutunjuk dirimu dan mengucap, “Itu adalah kamu……… Dan ‘aku’ pun t’lah hilang. Karenamu.”



"Sebab untuk mencari yang lebih dari aku adalah mudah. Namun untuk kau mencari kembali 'rumah' yang hilang? Sulit.Terlebih ketika kau pernah melepaskan satu."
 

“Sebab aku tak mungkin lagi menjadi tempat perhentian untukmu, kenanglah aku sebagai tempat persinggahan ternyaman yang pernah kamu miliki.”

Back to Top