March 2014

Why I'll Never Leave Your Side

P.s: Special dedicated to my best friend and brother at the same time...


March 3rd, 2014, 7:15 PM – About karma

-------------------------------------------------------
Carlos:
Hey, can we talk? I need someone to talk to.
Me:
Hey, what’s wrong? Is there a new story?
Carlos:
After you got a broken-hearted, now it’s my turn to get it.
Me:
Why? Tell me.
Carlos:
[He told me what had just happened with him. The reason why his heart was broken and he felt angry. Then, he asked me something.]
Is it karma? Because I had too many targets. Well, you know it seemed like…concubines.
Me:
Yeah, probably. You never focused with a girl. And it caused you didn’t get one. That was what I knew.
Carlos:
I’m mad! They all are eliminated and I need to restart.
Me:
[I was joking him]
God is good. It means you shouldn’t leave me alone. We’re getting our broken-hearted.
Carlos:
Haha. It sounds unfair. Uhm….Should I ‘play’?
Me:
What do you mean….Restart...? [ I asked with a doubt.]
Carlos:
No, I want to do what I did. Break them down, then get in and act like a selfish human. 
Hmm.... I want to fight back a karma. What do you think?
Me:
You don’t need to do that. Trust me.
Carlos:
Why? Explain to me, according to a woman-side.
Me:
Listen. This is not based on a woman’s thought. But it’s naturally mine.
When someone hurts me, I will never break them down. I will accept it sincerely, no matter how they leave a scar in me. That’s what I did to your friend who had torn me apart as he walked away and left me.
So do you. If you did a revenge, that would make you same as them. Don’t do that. Trust me.
Carlos:
That’s why I never leave your side, sister….

6 days ago…. 
February 26th, 2014 11:10 PM – About Heart, Love, and Sincerity
----------------------------------------------------------------------------
Carlos:
[He told me the truth about someone that I fell for. And it broke my heart. Totally.]
I’m so sorry, sist. I had never thought that he would do this over you.
Me:
It’s okay. He disappointed me but it’s a precious lesson for me. And you know…? Even, God had given me too many signs every time I prayed and asked Him what should I do with him since I felt something different about him. And I knew there was something wrong.
Carlos:
Someday, he will know what does it feel to be you. Take it easy. I ever had karma. And it felt so bitter.
I told him at classroom, “If this girl walked off your life, I believe you would get a hardship afterwards.” But he kept silent and insisted to say that you are not his type.
And he said, “She will be calm, soon.” But I answered, “Never.
Me:
Hey, what do you think about me? And why did you tell him like that? Please answer me, not because we are friends, but because who I am as far as we get along together until now.
Carlos:
I will see a woman based on three things. And the most important thing is HEART. And you have it. And another reason is you both hold the same faith and I wanted you two were always together.
Me:
You’re touching my heart. You are able to see inside of me. You know that I always love everyone with a sincerity. Thank you, brother!

And that’s why I will never leave your side, too… ♥

Retaliation

As I still believed there was still─
a true love within a million betrayals,
a sincerity within a million deceptions,
a honesty within a million lies,
a faith within a million fears,
I opened the door when you came to my heart,
I never stopped to spread the love.

As I had understood there would be─
a shine after the darks,
a sun after the rains,
a smile after the tears,
I saw you finally walked away with leaving a scar,
I never stopped to spread the love.

And forgiveness was my retaliation.

That was how I loved you...
That was how love had to be...

Tentang Cinta


February, 26th 2014


Kalian pernah jatuh cinta?
Hari ini Tuhan memberiku suatu pelajaran berharga tentang cinta, lewat segala yang baru saja terjadi dalam hidupku.

Aku pernah meminta kepada Tuhan untuk mengirimkanku seorang teman hidup yang baik. Baik dalam arti sebagaimana Tuhan tahu apa yang aku butuhkan. Sampai suatu ketika Tuhan mengejutkan aku dengan datangnya seseorang yang akhirnya menjadi bagian dalam hidupku.

Dimulai dari suatu perkenalan yang cukup menyenangkan. Aku masih ingat bagaimana pertemuan kami di kali pertama. Kami saling menatap diam-diam. Aku juga ingat ia berulang kali menertawakan aku ketika aku hanya bisa menggigit bibirku dengan pipi bersemu merah karena malu saat berhadapan dengannya di awal pertemuan kami. Dan ia bilang aku lucu.
Namun, aku ganti menertawakannya karena ia pun terlihat salah tingkah ketika aku terus memperhatikannya dari jarak yang cukup dekat saat ia menyantap makan malamnya saat itu.
Dan hari itu juga adalah kali pertama ia membuat aku tersenyum.
Setelahnya, muncul pertemuan kami yang kedua; ketiga; keempat; dan seterusnya.
Berdua, kami melewati hari demi hari. Mengisinya dengan hal-hal menyenangkan.  Kami bahkan saling memberikan panggilan istimewa satu sama lain, meski ia yang paling banyak menemukan nama-nama lucu untukku.
Ia begitu manis, bila kuingat ketika hari itu hujan turun sewaktu kami dalam perjalanan pulang. Ia memintaku memasukkan kedua tanganku ke dalam saku jaketnya agar aku tidak kedinginan. Juga saat ia menghentikan sepeda motor besar miliknya di pinggir jalan hanya untuk memakaikan aku jaket kepunyaannya agar aku tidak basah kehujanan. Juga saat ia mengirimkan video berdurasi hanya beberapa detik, berisi dirinya yang mengucapkan “Hey, cepat sembuh ya,” ketika aku sakit. Juga saat ia menyuapi aku sepotong pizza ketika kami makan bersama. Juga ketika ia menyanyikan sebait lagu untukku sesaat setelah aku menyanyi untuknya sewaktu kami berada di rumahnya. Juga saat kami selalu saling mencubit pipi dengan begitu gemasnya setiap kali bertemu. Juga saat kami begitu sering menghabiskan waktu tuk mendengar suara satu sama lain melalui telepon genggam setiap kali kami ingin melepas rindu. Juga saat dengan jahilnya ia malah merekam aku dengan handphone-nya ketika aku marah padanya. Juga saat ia tuturkan, "Aku menyayangi kamu," dan saat ia katakan, "Aku pernah meminta teman hidup, di mana aku bisa berbagi segala hal dengannya, kepada Tuhan, dan Ia mengabulkan. Kamulah orangnya," dan saat ia bisikkan, "Kita untuk selamanya..."
Kehadirannya dan segala yang ada pada kami membuat aku semakin leluasa menggoreskan pena dalam buku kisah tentang kami.
Rasa sayang semakin tumbuh seiring berjalannya waktu. Keinginan untuk selalu bersama pun semakin terasa begitu nyata.

Suatu hari kutemukan segalanya berubah. Perasaan gelisah secara tiba-tiba datang menghantui aku siang dan malam. Beserta mimpi buruk yang tak mau ketinggalan untuk mengacaukan aku. Aku gelisah tentangnya. Tentang kami.

Pernah kukatakan kepadanya, Tuhan telah memberiku suatu anugerah untuk bisa merasakan sesuatu yang tak terlihat, tak terucap, dan yang tersembunyi. Namun mungkin ia lupa atau menganggapku seorang pembual. Sebab, ia tak percaya ketika aku berusaha mengatakannya bahwa aku merasakan ia begitu berbeda. Sebab, ia menyangkal ketika aku menanyakan apa yang terjadi pada dirinya.

Ia bukanlah lagi ia yang aku kenal. Sebab hari ini ia telah menjadi seorang yang lain.
Ia bukanlah lagi perekah senyumku. Sebab hari ini ia peretas air mataku.
Ia bukanlah lagi penyemangat hariku. Sebab hari ini ia pengoyak hatiku.
Ia bukanlah lagi ia.
Aku tahu perasaanku adalah benar.
Sebab, hari ini ia menghilang tanpa menuturkan sepatah kata pun.
Sebab, hari ini ia beranjak keluar tanpa melambaikan tangan.
Sebab, hari ini ia melangkah pergi tanpa mengucap selamat tinggal.
Sebab, ia tak pernah pulang ketika aku menungguinya, berharap ia datang.
Sebab, ia tak pernah kembali, ketika aku menungguinya, berharap ia ingat tentang kisah cinta kami.
Sebab, hari ini kami berakhir.

Kalian tahu apa arti cinta?
Hari ini aku belajar tentang cinta yang sesungguhnya.

Tuhan begitu mencintaiku,
Ia mengirimkan aku sosok yang aku pinta dalam doaku,
dan mengizinkan aku menghabiskan waktu bersama dengannya.
Tuhan begitu mencintaiku,
Ia memperlihatkan pertanda sebelum kami akhirnya berakhir.
Tuhan begitu mencintaiku,
Ia menunjukkan kebenaran begitu cepat,
ketika aku bertanya tentang sosoknya yang hilang.
Tuhan begitu mencintaiku,
Ia memisahkan kami, seolah Ia cemburu.
Sebab aku mencintai sosok yang aku pinta melebihi cintaku pada-Nya,
dan itu bukan yang seharusnya terjadi.
Tuhan begitu mencintaiku,
Ia memaafkanku yang memohon ampun,
sebab waktuku untuk-Nya tak lagi sebanyak dulu,
sebab waktuku terpakai lebih banyak untuk sosok yang aku pinta dari-Nya.
Tuhan begitu mencintaiku,
Ia menerimaku kembali ke pelukan-Nya,
ketika kusadari hanya cinta dan kasih-Nya yang selalu abadi dan takkan pernah padam,
meski aku sempat meninggalkan-Nya.
Tuhan begitu mencintaiku,
Ia membuatku memahami tentang cinta.
Dan aku tesadar, ada satu yang terlupa saat aku memohon kehadiran sosok yang ku pinta.
Aku tak meminta-Nya mengirimkan sosok yang  juga percaya tuk menerima kehadiran dan berserah sepenuhnya dalam nama Tuhan.

Kini aku mengerti…
Cinta adalah memberi.
Cinta adalah ketulusan hati.
Cinta adalah kesetiaan.
Cinta adalah memaafkan.
Cinta adalah keikhlasan.

Teruntuk kamu…
yang sosoknya telah menggoreskan luka dalam hatiku,
yang hadirnya kini seolah bagai debu yang tertiup angin,
yang kini memilih untuk pergi dan bukan tinggal,
yang kini seperti melupakan jejak rekam akan kisah tentang kita,
yang kini berhenti mencintaiku…

Aku telah memberikan ketulusan hatiku saat mencintaimu walau pada akhirnya hunjaman pencipta luka yang kau pilih sebagai balas untuk kuterima.
Aku telah menjaga hatiku sepenuhnya untuk setia saat bersama-sama denganmu meski kutahu kamu akhirnya goyah tuk mempertahankan kita.
Aku telah berbesar hati memaafkanmu saat kamu tanamkan luka yang hingga kini masih saja membasuh perih.
Dan aku telah mengikhlaskan diriku tuk melepas kepergianmu.

Sebab …
Sebuah kehadiran akan selalu berakhir dengan dua pilihan: Tinggal abadi selamanya atau singgah sementara hanya demi menyiratkan suatu pelajaran berharga.
Sebab …
Kenangan yang t’lah terukir takkan pernah dapat terhapus dalam hati,
meski raga seolah t’lah berhenti menjejakkan diri, meski benak seolah bersikeras tuk melupakan.

Dan kini tugasku telah selesai sebagai alat yang Tuhan pakai untuk membuatmu belajar tentang cinta.
Suatu hari nanti, kamu akan memahami bahwa …
Cinta tak hanya tentang bersedia menemani di saat suka, melainkan juga hadir di saat duka.
Cinta tak hanya setia ketika canda tawa memenuhi relung hati, melainkan setia diuji lewat bagaimana kamu mempertahankan cinta di kala jenuh bagai mendesakmu untuk berhenti berjuang.
Cinta bukan hadir lewat memandang paras wajah, melainkan merasakan ketulusan hati.

Suatu hari nanti, saat kamu t’lah dapat merasakan kehadiran Tuhan sepenuhnya dalam hidupmu, kamu akan mengerti cinta yang sesungguhnya.. 
Sebab, yang t’lah mencintai Tuhan lebih dari siapa pun di dunia ini akan senantiasa dapat mencintai pasangan hidup yang Tuhan kirimkan. 

Sebuah rahasia cinta dan kasih.
.................................................................................................
Meski bukan lagi aku yang kini berjalan bersama-sama dengan kamu, namun doaku untuk kebahagiaanmu kuharap selalu menyertaimu. Selamat jalan :)

Back to Top