February, 26th 2014
Kalian pernah jatuh cinta?
Hari ini Tuhan memberiku suatu pelajaran
berharga tentang cinta, lewat segala yang baru saja terjadi dalam hidupku.
Aku pernah meminta kepada Tuhan untuk
mengirimkanku seorang teman hidup yang baik. Baik dalam arti sebagaimana Tuhan
tahu apa yang aku butuhkan. Sampai suatu ketika Tuhan mengejutkan aku dengan
datangnya seseorang yang akhirnya menjadi bagian dalam hidupku.
Dimulai dari suatu perkenalan yang cukup
menyenangkan. Aku masih ingat bagaimana pertemuan kami di kali pertama. Kami
saling menatap diam-diam. Aku juga ingat ia berulang kali menertawakan aku
ketika aku hanya bisa menggigit bibirku dengan pipi bersemu merah karena malu
saat berhadapan dengannya di awal pertemuan kami. Dan ia bilang aku lucu.
Namun, aku ganti menertawakannya karena ia pun
terlihat salah tingkah ketika aku terus memperhatikannya dari jarak yang cukup
dekat saat ia menyantap makan malamnya saat itu.
Dan hari itu juga adalah kali pertama ia
membuat aku tersenyum.
Setelahnya, muncul pertemuan kami yang kedua;
ketiga; keempat; dan seterusnya.
Berdua, kami melewati hari demi hari.
Mengisinya dengan hal-hal menyenangkan.
Kami bahkan saling memberikan panggilan istimewa satu sama lain, meski
ia yang paling banyak menemukan nama-nama lucu untukku.
Ia begitu manis, bila kuingat ketika hari itu
hujan turun sewaktu kami dalam perjalanan pulang. Ia memintaku memasukkan kedua
tanganku ke dalam saku jaketnya agar aku tidak kedinginan. Juga saat ia
menghentikan sepeda motor besar miliknya di pinggir jalan hanya untuk
memakaikan aku jaket kepunyaannya agar aku tidak basah kehujanan. Juga saat ia
mengirimkan video berdurasi hanya beberapa detik, berisi dirinya yang mengucapkan
“Hey, cepat sembuh ya,” ketika aku sakit. Juga saat ia menyuapi aku sepotong
pizza ketika kami makan bersama. Juga ketika ia menyanyikan sebait lagu untukku
sesaat setelah aku menyanyi untuknya sewaktu kami berada di rumahnya. Juga saat kami selalu saling mencubit pipi dengan begitu gemasnya setiap kali bertemu. Juga saat
kami begitu sering menghabiskan waktu tuk mendengar suara satu sama lain
melalui telepon genggam setiap kali kami ingin melepas rindu. Juga saat dengan jahilnya ia malah merekam aku dengan handphone-nya ketika aku marah padanya. Juga saat ia tuturkan, "Aku menyayangi kamu," dan saat ia katakan, "Aku pernah meminta teman hidup, di mana aku bisa berbagi segala hal dengannya, kepada Tuhan, dan Ia mengabulkan. Kamulah orangnya," dan saat ia bisikkan, "Kita untuk selamanya..."
Kehadirannya dan segala yang ada pada kami membuat aku semakin leluasa menggoreskan pena dalam buku kisah tentang kami.
Rasa sayang semakin tumbuh seiring berjalannya waktu. Keinginan untuk selalu bersama pun semakin terasa begitu nyata.
Kehadirannya dan segala yang ada pada kami membuat aku semakin leluasa menggoreskan pena dalam buku kisah tentang kami.
Rasa sayang semakin tumbuh seiring berjalannya waktu. Keinginan untuk selalu bersama pun semakin terasa begitu nyata.
Suatu hari kutemukan segalanya berubah.
Perasaan gelisah secara tiba-tiba datang menghantui aku siang dan malam.
Beserta mimpi buruk yang tak mau ketinggalan untuk mengacaukan aku. Aku gelisah
tentangnya. Tentang kami.
Pernah kukatakan kepadanya, Tuhan telah
memberiku suatu anugerah untuk bisa merasakan sesuatu yang tak terlihat, tak
terucap, dan yang tersembunyi. Namun mungkin ia lupa atau menganggapku seorang
pembual. Sebab, ia tak percaya ketika aku berusaha mengatakannya bahwa aku
merasakan ia begitu berbeda. Sebab, ia menyangkal ketika aku menanyakan apa yang
terjadi pada dirinya.
Ia bukanlah lagi ia yang aku kenal. Sebab hari
ini ia telah menjadi seorang yang lain.
Ia bukanlah lagi perekah senyumku. Sebab hari
ini ia peretas air mataku.
Ia bukanlah lagi penyemangat hariku. Sebab
hari ini ia pengoyak hatiku.
Ia bukanlah lagi ia.
Aku tahu perasaanku adalah benar.
Sebab, hari ini ia menghilang tanpa menuturkan
sepatah kata pun.
Sebab, hari ini ia beranjak keluar tanpa
melambaikan tangan.
Sebab, hari ini ia melangkah pergi tanpa
mengucap selamat tinggal.
Sebab, ia tak pernah pulang ketika aku
menungguinya, berharap ia datang.
Sebab, ia tak pernah kembali, ketika aku menungguinya, berharap ia ingat tentang kisah cinta kami.
Sebab, hari ini kami berakhir.
Sebab, ia tak pernah kembali, ketika aku menungguinya, berharap ia ingat tentang kisah cinta kami.
Sebab, hari ini kami berakhir.
Kalian tahu apa arti cinta?
Hari ini aku belajar tentang cinta yang sesungguhnya.
Tuhan begitu mencintaiku,
Ia mengirimkan aku sosok yang aku pinta dalam
doaku,
dan mengizinkan aku menghabiskan waktu bersama
dengannya.
Tuhan begitu mencintaiku,
Ia memperlihatkan pertanda sebelum kami
akhirnya berakhir.
Tuhan begitu mencintaiku,
Ia menunjukkan kebenaran begitu cepat,
ketika aku bertanya tentang sosoknya yang
hilang.
Tuhan begitu mencintaiku,
Ia memisahkan kami, seolah Ia cemburu.
Sebab aku mencintai sosok yang aku pinta
melebihi cintaku pada-Nya,
dan itu bukan yang seharusnya terjadi.
Tuhan begitu mencintaiku,
Ia memaafkanku yang memohon ampun,
sebab waktuku untuk-Nya tak lagi sebanyak
dulu,
sebab waktuku terpakai lebih banyak untuk
sosok yang aku pinta dari-Nya.
Tuhan begitu mencintaiku,
Ia menerimaku kembali ke pelukan-Nya,
ketika kusadari hanya cinta dan kasih-Nya yang
selalu abadi dan takkan pernah padam,
meski aku sempat meninggalkan-Nya.
Tuhan begitu mencintaiku,
Ia membuatku memahami tentang cinta.
Dan aku tesadar, ada satu yang terlupa saat
aku memohon kehadiran sosok yang ku pinta.
Aku tak meminta-Nya mengirimkan sosok yang juga percaya tuk menerima kehadiran dan
berserah sepenuhnya dalam nama Tuhan.
Kini aku mengerti…
Cinta adalah memberi.
Cinta adalah ketulusan hati.
Cinta adalah kesetiaan.
Cinta adalah memaafkan.
Cinta adalah keikhlasan.
Teruntuk kamu…
yang sosoknya telah menggoreskan luka dalam
hatiku,
yang hadirnya kini seolah bagai debu yang tertiup angin,
yang kini memilih untuk pergi dan bukan
tinggal,
yang kini seperti melupakan jejak rekam akan
kisah tentang kita,
yang kini berhenti mencintaiku…
Aku telah memberikan ketulusan hatiku saat
mencintaimu walau pada akhirnya hunjaman pencipta luka yang kau pilih sebagai balas untuk kuterima.
Aku telah menjaga hatiku sepenuhnya untuk
setia saat bersama-sama denganmu meski kutahu kamu akhirnya goyah tuk mempertahankan kita.
Aku telah berbesar hati memaafkanmu saat kamu
tanamkan luka yang hingga kini masih saja membasuh perih.
Dan aku telah mengikhlaskan diriku tuk melepas
kepergianmu.
Sebab …
Sebuah kehadiran akan selalu berakhir dengan
dua pilihan: Tinggal abadi selamanya atau singgah sementara hanya demi
menyiratkan suatu pelajaran berharga.
Sebab …
Kenangan yang t’lah terukir takkan pernah
dapat terhapus dalam hati,
meski raga seolah t’lah berhenti menjejakkan
diri, meski benak seolah bersikeras tuk melupakan.
Dan kini tugasku telah selesai sebagai alat
yang Tuhan pakai untuk membuatmu belajar tentang cinta.
Suatu hari nanti, kamu akan memahami bahwa …
Cinta tak hanya tentang bersedia menemani di
saat suka, melainkan juga hadir di saat duka.
Cinta tak hanya setia ketika canda tawa
memenuhi relung hati, melainkan setia diuji lewat bagaimana kamu mempertahankan
cinta di kala jenuh bagai mendesakmu untuk berhenti berjuang.
Cinta bukan hadir lewat memandang paras wajah,
melainkan merasakan ketulusan hati.
Suatu hari nanti, saat kamu t’lah dapat
merasakan kehadiran Tuhan sepenuhnya dalam hidupmu, kamu akan mengerti cinta
yang sesungguhnya..
Sebab, yang t’lah mencintai Tuhan
lebih dari siapa pun di dunia ini akan senantiasa dapat mencintai pasangan
hidup yang Tuhan kirimkan.
Sebuah rahasia cinta dan kasih.
Sebuah rahasia cinta dan kasih.
.................................................................................................
Meski bukan lagi aku yang kini berjalan
bersama-sama dengan kamu, namun doaku untuk kebahagiaanmu kuharap selalu
menyertaimu. Selamat jalan :)

Post a Comment