1...2...3... I Love You!

Prolog
Terkadang, ada sedikit banyak tanya yang tak tersentuh oleh untaian kata.
Katupan bibir kerap kali nampak seolah segan melontarkan frasa.
Meski bahwasanya ada rasa yang tak mampu terlukiskan hanya lewat penggalan kata.

Terkadang, ada sedikit banyak kata yang tak tersentuh oleh gema suara.
Kebisuan kerap kali nampak seolah enggan mendengungkan bisikan.
Meski bahwasanya ada rasa yang lebih indah tuk dilantunkan lewat aksara.
----------------------------------------------------------------------------------------
Hey, sayang!
Akan kupenuhi janjiku 'tuk menceritakan kepadamu sesuatu yang sempat tertunda.
Tapi, berjanjilah padaku kamu akan membaca tulisan ini saat kamu telah menyelesaikan apa pun yang harus diselesaikan hari ini. 
Jika kamu bahkan belum menyantap makan malammu, habiskanlah segera!
Jangan kamu coba-coba untuk mencuri waktu dan membacanya diam-diam. Kamu takkan bisa bersembunyi dariku, kau tahu itu!
Merebahlah santai dengan hati teduh dan suasana lengang, hingga 'kan kau dengar segala tuturku seumpama nada-nada ringan, penghantar tidur lelapmu malam ini. 
Hanya alunan lagu klasik dan bunyi jangkrik yang kuperbolehkan 'tuk menemanimu menikmati kata demi kata yang kusampaikan.
________________
Hey, sayang!
Benarkah makan malammu sudah selesai? Baiklah. Aku akan melanjutkan ceritaku.
Tapi, berjanjilah padaku kamu akan membaca tulisan ini saat kamu telah bersiap-siap mendendangkan lagu klasik kesukaanku yang telah aku berikan padamu.
Apa? Ya...ya... Baiklah. Aku mengerti kamu tak sabar untuk mendengar ceritaku, tapi jangan kau sebut lagi aku rewel!
________________
Kamu ingat? Dalam temu kita di hari kemarin, kamu melontarkan sebuah tanya untukku:
"Kamu sayang aku?"
Aku tahu kamu ingin mendengar jawabnya, namun aku memilih 'tuk mengunci bibirku rapat-rapat. Bukan, bukan karena aku ragu atau tak ingin memberitahumu. Aku hanya tak bisa mengungkapkan kata yang tak sebanding dengan apa yang kurasa. Aku ingin melukiskan rasa yang begitu luar biasa indahnya dan berbagi denganmu. Dan aku merasa tak sanggup bila harus menggambarkan segalanya lewat sekedar kata:
"Iya, aku sayang kamu."
Kamu ingat? Dalam temu kita di hari kemarin, aku dan kamu duduk berdampingan. Sesekali kamu mencubit pipiku dengan gemas. Kemudian, ganti aku yang membalas. Tapi, setelahnya aku sempat terhenti beberapa saat, dengan kedua tanganku yang masih menyentuh kedua pipimu, hanya untuk menatap rupamu dari jarak yang begitu dekat.
Kamu tahu? Di waktu yang serasa membeku sepersekian detik itu, nyatanya telah tercipta sejumlah potret dalam benak, seolah sengaja singgah di sana.
________________ 
Jauh sebelum hari kamu datang, aku pernah merasa cukup bahagia mereguk cinta tanpa menyentuh rupa secara nyata karena terpisah oleh jarak.
Dan kini aku dapat melihat terlampau dekat seseorang yang berarti untukku tanpa batas waktu.
Dan kini aku dapat mengecap bagaimana jantungku berdegup kencang setiap kali kerlingan mata genitmu mengarah padaku hingga wajahku memerah karena malu.
Dan kini aku dapat mengerti bagaimana sekumpulan kupu-kupu seolah beterbangan di dalam tubuhku setiap kali kamu memberiku senyuman yang paling manis.
Dan kini aku dapat mencecap sejuknya melewati waktu bersama seseorang yang istimewa untukku.
Dan kini aku tahu bahkan untuk hanya sekedar bertatapan dalam keheningan saja dapat menggelitik aliran darahku dengan lamunan yang kuharap tiada berujung.
________________
Kamu ingat? Dalam temu kita di hari kemarin, kurasakan ikatan yang semakin erat saat kita berbicara begitu banyak hal, menelusuri titik terdalam milik kita, meski belum semuanya sempat kita ceritakan. Hanya berdua!

Kamu ingat? Dalam temu kita di hari kemarin, kamu bersikeras agar aku memakai jaket milikmu saat kamu melihatku sedikit melemah, namun aku tetap kukuh menolaknya.
Dan di perjalanan pulang, aku sempat tak percaya saat kamu mengucapkan sesuatu yang paling manis yang aku dengar hari itu:
"Kamu peluk aku aja."
membuatku tersadar, suaramu yang menenangkan adalah melodi yang kuingin nikmati di kala ku terlelap dalam tidurku hingga ku terjaga.
Dan saat akhirnya aku memasukkan kedua tanganku ke dalam saku jaketmu, tanpa kamu tahu aku tersenyum kecil di sepanjang perjalanan.
Dan saat kamu bergegas 'tuk kembali pulang ke rumahmu seusai mengantarkanku, aku tetap berdiri memandangi punggungmu hingga akhirnya benar-benar menghilang di siku sudut jalan, kudapati hatiku berdentum semakin keras mengisyaratkan serupa bisik:
"Aku sayang kamu..."
________________
Hey sayang!
Aku seperti sebuah kertas putih dan kamu menggoreskan tinta warna-warni di atasnya lewat setiap hal - hal bermakna yang kamu lakukan untukku.
Kamu seperti sebuah mesin tawa yang membawa gelak untukku lewat tingkahmu yang jenaka.
Kamu seperti sebuah selimut yang menghangatkan saat aku kedinginan lewat kenyamanan yang aku rasakan dari adanya kamu di sisiku.
________________
Hey, sayang!
Kamu kelihatan begitu serius sekali membaca tulisanku. Aku tahu, kamu ingin cepat-cepat menyelesaikannya dan mengetahui akhir tulisan ini, bukan?
Aku akan mengizinkan kamu untuk melanjutkannya, tapi berjanjilah padaku untuk mengikuti apa yang aku katakan ini:
"Berhentilah sejenak. Bayangkan sore ini aku begitu bergegas untuk pulang ke rumah, ingin cepat-cepat menuliskan sesuatu untuk kamu. Bayangkan betapa sulitnya aku memilih dan merangkai untaian kata yang tepat untuk kamu baca malam ini, ditemani alunan musik klasik yang kamu dengarkan sekarang."

"Bayangkan bagaimana kuat dan hebatnya perasaanku untukmu saat ini, sebab entah sejak kapan hatiku telah meriuh riak, ingin mengutarakan rasa sebanyak yang aku bisa. Namun hanya ada gerakan bibir tanpa suara, lidahku kelu. Hingga aku memilih 'tuk menuliskannya, melukisnya menjadi lebih indah. 

"Bayangkan bagaimana tiba-tiba saja air mataku mulai menitik perlahan walau aku telah berusaha menahan sekuat yang aku bisa, saat aku menuliskan bagian ini sambil membayangkan kamu dan mereka ulang seluruh kebersamaan kita."
________________
Hey sayang!
Lihat...Tuhan begitu ajaib merancang pertemuan kita dan memberikan kesempatan untuk aku kamu bergandengan tangan, mengayunkan langkah, melantunkan romansa dan simfoni, dan menyemaikan benih dalam sebuah kotak cinta.
________________
Hey sayang!
Tak perlu berterima kasih atas apa yang aku tuliskan.
Sebab aku pun takkan bisa menuangkannya ke dalam aksara tanpa kamu. 
Sebab aku mengagumimu seperti kamu mengagumiku,
           aku melengkapimu seperti kamu melengkapiku,
           aku mencintaimu seperti kamu mencintaiku.
---------------------------------------------------------------------------------------- 
Epilogue 
"I love you..."
"I love you, too..."
"I love you more..."
"I love you so much more..."
Lantunan aksara telah didendangkan. Dan kelak kapan pun gema suara diperdengarkan, "I love you" takkan pernah lagi hanya sekedar tiga kata.
"Cause when I say 'I love you'... You know, it will always be more than three words..."

Back to Top