Hidup itu tak pernah terlepas
dari yang namanya cinta.
Kamu pernah mengalaminya bukan?
Sekali, dua kali, atau mungkin sampai
kesekian yang bahkan kamu nggak tahu pasti berapa tepatnya.
Karena pada kenyataannya kamu akan jatuh cinta berkali – kali sebelum kamu mendapatkan seseorang yang benar – benar ditakdirkan untukmu.
Mengenal apalagi merasakan cinta
memang rasanya membahagiakan. Bukankah ada pepatah yang bilang “Jatuh cinta berjuta rasanya”?
Namun, manusia acap kali hanya
memusatkan pandangan dan perhatian terhadap hal – hal menyenangkan saja tentang
cinta.
Aku pernah membaca sebuah kutipan
dari seorang penulis yang aku kagumi, seorang pengarang buku berjudul Kukila. Mungkin kamu pernah tahu, mendengar, atau bahkan membacanya. Ya dialah orangnya.
“Barangkali cinta saja sudah cukup. Pakai ‘jatuh’ bisa patah.” -M. Aan Mansyur
Manusia barangkali lupa bahwa
dalam setiap hal selalu ada dua sisi yang diperlihatkan.
Seperti kisah cinta.
Tak selalu hal menyenangkan saja
yang terjadi. Namun juga hal menyedihkan mungkin saja terjadi.
Manusia sering kali lupa bahwa
sekadar memiliki cinta saja tidaklah cukup.
Karena selalu dibutuhkan perjuangan untuk mempertahankan cinta :’)
Sebenarnya bila kamu memejamkan
mata dan memutar ulang memori, kamu akan dan seharusnya menemukan bahwa
perjuangan itu bahkan telah ada saat ingin memulai sebuah cinta.
Mungkin para pria yang sering
lupa saat punya keinginan kuat untuk mendapatkan pujaan hatinya, ia akan
melakukan berbagai cara untuk memilikinya. Terlihat sekali mereka begitu
antusias saat ‘mengejar’ wanitanya. Mulai dari hal – hal kecil seperti waktu
mengirimkan dan membalas pesan yang begitu cepat, durasi waktu saat berbicara
melalui telepon, atau juga intensitas saat bertemu. Mereka melakukan
perjuangan.
Mungkin para wanita juga sering
kali tak menyadari ketika pria begitu bergelora dalam merebut hatinya, seberapa
sering senyum yang tercipta dan kencangnya debaran jantung yang mengisyaratkan
perasaan dan kata hati turut menorehkan perjuangan. Karena memutuskan untuk
memilih atau menolak seorang pria adalah suatu permulaan dalam cinta. Sebelum akhirnya dihadapkan pada hal - hal yang membutuhkan lebih banyak lagi perjuangan.
Tuhan mempertemukan dua insan
manusia yang bahkan kita tak pernah dapat menebak dengan siapa, kapan, dan di
mana itu akan terjadi.
Tentu saja juga tak dapat menerka
apa yang akan terjadi dalam masa depan. Baik itu satu bulan kemudian, satu
tahun, lima tahun, sepuluh tahun kemudian, dsb.
Apalagi yang dapat kita lakukan
selain berdoa serta berusaha mempertahankan segala yang ada bukan? :’)
Berbicara soal takdir, aku termasuk salah satu yang percaya bahwa segalanya ada yang mengatur termasuk cinta.
Terkadang, ada rasa kesal yang
menyelinap setiap kali aku mendengar siapa pun yang berbicara, “Ah, enak banget sih lo sama dia. Nggak kaya
gue sama pacar gue nih. Bla bla bla....”
Hey. Tuhan bahkan sudah
menuliskan script dan suratan takdir
untuk kamu. Mengapa harus membandingkannya dengan kisah milik orang lain?
Karena sesungguhnya manusia para penghuni dunia bawah langit hanyalah seorang aktor dan aktris yang memainkan peran berdasarkan skenario milik Sang Pencipta sebagai sutradara.
Semuanya hanya tergantung kepada
kamu dan pasangan kamu dalam menjalaninya. Seberapa kuat kalian untuk saling
menjaga dan mempertahankan.
Lalu, bagaimana dengan perjuangan
itu sendiri?
Aku punya pandangan khusus untuk
hal ini.
Pandangan yang berasal dari pengalaman di masa yang lalu.
Pandangan yang berasal dari pengalaman di masa yang lalu.
Untukku membicarakan masa lalu
bukanlah masalah selama aku tak terjerat di dalamnya.
Masa lalu memang ada untuk dikenang, meski sekelam apapun.
Karena tanpa masa lalu aku takkan
pernah bisa bangkit berdiri di masa sekarang dalam upaya memperjuangkan masa
depan.
Mungkin bukan hanya aku yang
pernah mengalami kisah cinta yang begitu pahit.
Dan kepahitan itu meninggalkan
luka dalam dan membutuhkan waktu untuk menyembuhkannya.
Bukan hanya aku yang pernah
diharuskan mengerti dan menjalani hubungan dengan rentang jarak yang jauh.
Bukan hanya aku yang pernah merasakan waktu seakan ingin menunda pertemuan antara aku dan orang yang aku cintai yang membuatku harus sabar menunggu.
Bukan hanya aku yang pernah merasakan waktu seakan ingin menunda pertemuan antara aku dan orang yang aku cintai yang membuatku harus sabar menunggu.
Bukan hanya aku yang pernah
mengalami cerita cinta yang berakhir dengan pengkhianatan.
Bukan hanya aku yang pernah
mendapatkan janji manis namun segalanya seperti terlupakan begitu saja.
Bukan hanya aku yang pernah
menghadapi seseorang yang sebenarnya begitu mempunyai cinta yang dalam namun segalanya
terpaksa berakhir karena ia punya suatu ‘rahasia’ yang selalu melemahkan tubuhnya
yang membuatnya merasa bahwa ia takkan bisa membahagiakanku.
Dan bukan hanya aku juga yang
pernah menghadapi perbedaan dalam cinta.
Perbedaan yang membuat segalanya
terasa sia – sia.
Tapi hanya ada satu kesamaan
dalam setiap kisah yang menggariskan sejarah dalam hidupku.
Kisah yang mengisi serta memenuhi
buku kehidupanku.
Kisah yang menorehkan apa yang
kusebut kenangan.
Aku belajar dan akhirnya berhasil
mengerti tentang sesuatu.
Sesuatu itu adalah perjuangan.
Sering kali saat merasa khawatir, lelah,
ragu, jenuh, marah, atau pun segala emosi lainnya, kita akan kesulitan untuk
mengendalikan diri.
Juga seperti saat aku mengalami
sebuah perbedaan yang membuatku pernah berpikir untuk mengakhiri segalanya.
Namun Tuhan seperti mencegahku.
Dan akhirnya aku melakukan sesuatu yang lain.
Berdoa.
Berbicara kepada-Nya,
menangis sejadi – jadinya di hadapan-Nya.
“Tuhan, apa boleh aku tetap
melanjutkan semua ini sampai nanti Engkau yang mengisyaratkan aku kapan aku
harus berhenti berjuang?”
Dan butuh keikhlasan yang
kutanamkan dalam hati dan pikiranku untuk mengambil keputusan: Aku memilih
berjuang. Sampai batas di mana waktu yang akan menunjukkan kapan aku harus
mengakhiri segala perjuangan.
Mulai sejak awal yang bahagia hingga
selesai dengan akhir yang tak menyenangkan, aku tetap berpegang teguh bahwa
segala sesuatunya memang telah ditakdirkan oleh Tuhan.
Dan juga bahwa perjuangan tetap harus ada dalam mencapai sesuatu termasuk untuk sampai pada akhir sebuah cerita.
Mungkin pernah
atau sering terbersit sesuatu yang
menimbulkan rasa ‘sia – sia’ atau ‘penyesalan’ untuk sesuatu yang telah dimulai. Namun keraguan dan
ketakutan yang tertanam di dalam pikiran itu hanya akan membentuk
sugesti terus - menerus nantinya.
Karena sesungguhnya cinta butuh percaya.
Untuk apapun yang terjadi
kemarin; sekarang; atau nanti, baik itu hal yang membuatmu tersenyum atau meneteskan air mata, semuanya tetaplah akan menjadi sesuatu yang memberikan
warna dalam hidupmu. Sesuatu yang menghidupkan dirimu.
Karena sesungguhnya cinta tak pernah mengenal kegagalan atau penyesalan. Yang ada hanyalah pelajaran berharga di balik cinta.
Tulisan ini spesial didedikasikan untuk beberapa teman - teman dan siapapun baik yang aku kenal maupun tidak. Mungkin kalian tengah mengalami dilemma dalam cerita cinta kalian. Mungkin aku juga tak dapat benar - benar mengerti karena aku memang sedang tak ada dalam posisi kalian. Tapi percayalah Tuhan pasti punya sesuatu yang terbaik untuk kalian!
Dan berjuanglah hingga akhir! :)))
________________________________________________________________________________________________
Selama masih punya cinta, kepercayaan, dan harapan mengapa harus menyerah untuk sesuatu yang belum kita tahu akhir ceritanya?
______________________________________________________________________________________________
One Comment
waw..
Post a Comment