<If you read this post from PC, look at the music player on the top. Play the OST Pandora Hearts - Parting Song for your backsound!>
_______________________________________________________________________________________________
Sebuah kesaksian kecil milikku.....
Kupersembahkan untuk keluarga, sahabat, teman – teman, saudara – saudara terkasih, baik yang aku kenal maupun tidak.☺
Dalam jejak langkah manusia mengarungi perjalanan hidup, pasti pernah mengalami yang namanya dirundung masalah yang membuat nya merasa takut, cemas, sedih, atau perasaan yang tidak menyenangkan lainnya.
Bisa terjadi pada aku, kamu, kita, atau mereka. Entah siapapun itu.
Dan sejujurnya aku pun tengah merasakannya.
Aku takkan menyebutkan apapun yang menjadi penyebab kegelisahan yang tengah aku alami.
Karena aku sendiri pun tak sanggup menjelaskan segalanya pada diriku sendiri.
Mungkin sebenarnya kekhawatiran dan ketakutan yang aku rasakan telah ada sejak lama, hanya saja kali ini aku merasa sedang berada di puncak kelelahan.
Benar – benar lelah. :’)
Hingga aku seperti kehilangan arah. Aku hampir tak bisa berjalan lurus.
Aku dibuat sempoyongan, seperti orang kebingungan yang tak tahu tujuan kemana harus melangkah.
Meskipun begitu aku tetap terus mencoba tuk menguatkan diriku.
Seolah memberi pengertian terhadap hati dan pikiranku agar jangan sampai goyah, bahkan runtuh.
Namun, semuanya terasa sulit. Aku benar – benar kesesakkan. Aku kesulitan bernafas.
Rasanya seperti tak dibiarkan untuk menghirup udara bebas secara lepas.
Hatiku tak tenang karena diliputi kecemasan. Sesuatu yang mungkin kasat mata namun begitu terasa ingin mengoyakkan jiwa dan ragaku.
Sesuatu itu tak hanya satu. Ia bagai pasukan sekutu yang ingin mengeroyok aku secara serempak. Jumlahnya yang tak terkira seakan ingin merubuhkan aku dalam sekejap.
Setiap siang dan malam aku menangis. Mungkin bukan cuma aku yang kelelahan, mataku terasa panas dan membengkak karena terus – menerus mengeluarkan air mata.
Mungkin bila ia bisa berbicara, ia akan berteriak memprotes aku agar aku berhenti menyuruhnya meneteskan titik – titik air mata kesedihan.
Namun, rasanya aku tak mampu lagi menciptakan senyum palsu yang selalu aku perlihatkan pada mereka di luar sana.
Dan di saat aku tak mampu meredam kesesakkan milikku sendiri, orang berbondong – bondong mendatangi aku. Menceritakan segala keluh kesah mereka padaku.
Tak sadarkah mereka bahwa seseorang yang selalu berusaha membuat orang di sekitarnya bahagia adalah ia yang sesungguhnya butuh dikuatkan jauh lebih dalam daripada yang mereka rasakan :’)
Sesekali perasaan ingin bersikap tak perduli dan mementingkan egoku sendiri itu memang muncul. Sama seperti yang mereka sering lakukan terhadapku.
Tetapi, nyatanya aku memang tak bisa membiarkan mereka begitu saja. Kucoba sekuat tenaga menjadi pendengar yang baik bagi mereka.
Seketika terngiang sebait lirik lagu rohani di kepalaku dan kudendangkan dalam hati, “Pakailah hidupku sebagai alat-Mu..... Seumur hidupku....” :’)
Gemuruh di dada yang membuatku merasakan nyeri masih terasa hingga sekarang. Dan aku tak diperbolehkan bermanja – manja.
Rutinitasku sehari – hari harus terus berjalan kan?
Aku selalu percaya, Tuhan akan selalu memberikan kejutan yang tak pernah terduga oleh hamba-Nya.
Hari ini, tepatnya Senin 28 Januari 2013. Aku kuliah seperti biasa. Dikarenakan sekarang sedang dalam masa UAS maka aku bisa pulang lebih cepat.
Sejak pagi hari sudah kubulatkan tekadku untuk hemat. Belakangan ini, cuaca memang sedang tidak begitu baik. Hujan yang turun terus – menerus membuat aku yang harus menempuh perjalanan dari Bekasi – Bintaro setiap harinya sering kesulitan dalam mencari kendaraan.
Atau mungkin juga disebabkan oleh alasan klise ‘malas basah – basahan’. Sehingga aku sering mengeluarkan uang untuk naik taksi yang lama – lama membuat dompetku terlihat tiris.
Tapi kali ini aku berkata pada diriku sendiri, “Hari ini harus hemat. Harus mulai membiasakan diri lagi untuk pulang naik angkutan umum.”
Seperti biasa hujan turun dengan derasnya. Aku dan beberapa orang temanku menunggu hujan reda.
Setelah langit mulai terlihat terang kembali, aku pun pulang menaiki bus. Di perjalanan, aku menghabiskan waktu membaca Alkitab di handphone-ku.
Aku berhenti pada Mazmur 25:16-17 dan membacanya dalam hati.
16 Pandanglah aku, dan kasihani aku, sebab aku kesepian dan sengsara. 17 Kesusahan hatiku semakin bertambah bebaskanlah aku dari kesesakanku.
Aku sempat menuliskan ayat tersebut di Personal Message BBM ku.
Sesampainya di tempat perhentian bus yang dituju, aku turun. Perjalanan ke rumahku tak berhenti hingga disitu.
Aku masih harus menaiki angkutan umum satu kali, lalu turun di sisi tol dekat rumahku, kemudian harus menggunakan jasa ojek untuk sampai di rumah. Fiuhhh~
Di angkutan umum tersebut, ada tiga orang anak SMP yang sedang berbincang – bincang. Salah satu di antara mereka duduk dengan memegang sebuah piala dan map yang dapat kutebak itu adalah piagam hasil prestasinya. Sempat kulihat nama yang tertera di baju seragamnya. Zanisa M.
Karena duduknya berdekatan denganku, aku pun dapat mendengar sekilas pembicaraan mereka.
Kedua teman Zanisa sibuk melontarkan pertanyaan bertubi – tubi yang sebenarnya membuatku ingin tertawa geli tapi kucoba untuk menahannya.
Teman 1:
Kamu makannya apa sih Nis?
Zanisa:
Aku makannya nasi lah.
Teman 2:
Kamu setiap hari belajar ya? Buka – buka buku terus ya?
Zanisa:
Nggak kok, aku cuma baca sedikit, terus nulis – nulis aja gitu.
Teman 1:
Kamu pokoknya harus ajarin aku! Kamu ijin sana sama mamamu, terus bilang nanti ke rumah aku untuk belajar sama – sama.
Zanisa:
(tersenyum) Iya, nanti aku ajarin.
Teman 2:
Oh ya, nilai matematika kamu berapa? Nilai IPA?
Teman 1:
Kalau nilai IPS mu? Terus, terus, nilai bahasa indonesia?
Zanisa:
(Menyebutkan satu – persatu nilai yang diperolehnya. Aku tak begitu dapat mengingat berapa nilainya untuk masing – masing pelajaran yang ditanya oleh temannya.)
Teman 1 & Teman 2:
Ih enak banget sihhhh kamu. Nanti ajarin kita ya!
Saat mendengar obrolan mereka bertiga, kalian tahu apa yang kurasakan?
Hatiku seperti diliputi sesuatu yang membuatku merasa damai, senang, terharu, dan........ HEI INI BENAR – BENAR MELEGAKAN HATIKU!
Mengapa? Karena selama ini di sekelilingku begitu banyak manusia palsu yang memakai topeng dan bersikap seolah – olah teman padahal mereka hanya ingin memanfaatkan apa yang ada dalam diriku dan setelahnya meninggalkanku saat mereka tahu aku terjatuh.
Melihat pemandangan yang baru saja kulihat di tengah – tengah kejamnya kehidupan di dunia saat ini sama halnya dengan menemukan selembar dua lembar uang di saku celana sendiri secara tiba – tiba ketika kita sedang tak memiliki uang namun amat membutuhkannya. BAHAGIA! :D
Memperhatikan pertemanan mereka yang begitu tulus. Zanisa yang pintar dengan sikapnya yang rendah hati bersedia mengajarkan teman – temannya yang begitu mengaguminya serta ingin memiliki prestasi seperti dirinya.
Tak satupun dari dua orang teman Zanisa yang merasa iri atau dipenuhi kedengkian melihat apa yang dicapai oleh Zanisa.
Beruntunglah mereka yang mengerti arti dari pertemanan yang sesungguhnya :’)
Dulu, sejak jaman aku masih duduk di Sekolah Dasar, aku sudah merasakan yang namanya dibenci dan mendapat pandangan tajam dari mereka yang iri hati bila aku mendapatkan nilai ulangan yang lebih tinggi. Juga sudah terlalu sering diperlihatkan padaku mereka yang akan mendongakkan kepala mereka tinggi – tinggi bila mereka yang mendapat nilai lebih baik dariku. :)
Dan aku pun teringat kata – kata dalam Mazmur 25:16-17 yang kupilih untuk mewakilkan perasaanku saat ini.
Aku tersenyum. Tuhan seperti melegakan dan memberikan kedamaian pada hatiku yang teramat sesak.
Mungkin kelihatannya Ia memberiku sesuatu yang kecil dan sederhana.
Namun yang kecil dan sederhana itulah yang membuat hati dan perasaanku merasa besar.
Besar dalam arti kata aku dipenuhi oleh cinta kasih-Nya.
Betapa Tuhan selalu menopangku di kala ku terjatuh.
Betapa Tuhan selalu memiliki cara-Nya sendiri untuk membebaskanku dari segala yang sesak.
Meskipun kelelahan yang kurasakan belum semuanya menghilang, namun apa yang baru saja Ia tunjukkan membuatku yakin bahwa di antara hiruk – pikuk orang banyak yang melakukan khianat serta dipenuhi kemunafikan, akan tetap selalu ada kebaikan yang diperlihatkan bagi mereka yang masih dan tetap setia pada Tuhan.
Kebaikan yang tentu akan menjadi terang benderang untuk hati siapa pun yang mulai merasa kegelapan begitu memenuhi seluruh muka bumi. :’)
“Tuhan adalah Gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku.”
Terima kasih Tuhan Yesus Kristus :’)
Jika kamu merasa lelah hatinya, datanglah kepada-Nya. Niscaya Ia akan memberi kelegaan padamu.
Semoga cerita sederhana ini bermanfaat untuk siapa pun yang membacanya. Tuhan Memberkati ☺
Post a Comment