WHERE DO I LIVE?

Menurut para ahli, bumi memang telah dipersiapkan sebagai rumah untuk manusia.

Dikatakan bahwa bumi adalah planet ternyaman untuk manusia tinggal.
Namun, untuk seseorang dengan daya pikir dan rasa ingin tahu yang kuat seperti aku, mempercayai para ahli tidaklah cukup untukku.
Terasa ada yang kurang bila bukan aku sendiri yang mengecap manis – pahitnya kehidupan di tempat di mana aku di lahirkan.
Selama 19 tahun aku hidup di planet yang dipercaya sebagai tempat yang paling memungkinkan untuk adanya suatu kehidupan.
Dan aku tersadar para ahli itu mungkin lupa atau tak merasa perlu untuk meneliti ‘kehidupan-nyaman-seperti-apa’ yang mereka maksudkan?
Sekelebat pertanyaan – pertanyaan mulai muncul, menyita waktu dan perhatianku.

Pernahkah kamu mempertanyakan dunia tempatmu tinggal?
Pernahkah kamu meragukan bumi tempatmu memijakkan kaki?
Pernahkah kamu mempertanyakan makhluk – makhluk yang berada di sekelilingmu?
Pernahkah kamu meragukan bahwa mereka adalah benar manusia sama sepertimu?
Aku pernah

Aku hampir tak dapat mengingat lagi kapan pertama kali hal ini memasuki celah – celah pikiranku. Segalanya seakan masih terus menghantuiku hingga detik ini, bahkan saat aku menuliskan cerita ini.
Aku  telah diperkenalkan rasa pahit dalam sebuah kehidupan. Kutemukan itu saat melakukan apa yang disebut pertemanan.
Membingungkan bagaimana mereka – mereka di luar sana begitu mudahnya menyebut kata “TEMAN” dan “SAHABAT” hanya karena bertemu setiap hari, mengobrol di setiap saat, atau mungkin ada juga yang disebabkan karena duduk sebangku atau sering berada di kelompok kerja yang sama.
Tanpa pernah mereka sadari bahwa selalu akan ada celah untuk berkhianat satu sama lain.
Dapatkah kamu bayangkan ketika mereka yang kamu anggap teman bermainmu sehari – hari ternyata hanya akan mencarimu saat temannya yang dirasa lebih dekat dibandingkan denganmu tak ada, kemudian mengabaikanmu saat ia telah bersama temannya yang lain? Aku pernah merasakannya.
Dapatkah kamu bayangkan mereka yang telah kamu anggap sebagai teman dekatmu merancang skenario dan melakukan kebohongan dan fitnah terhadapmu yang langsung dilakukan di depan ibumu? Aku pernah merasakannya.
Dan ketika kurang lebih sekitar setahun berlalu, aku pernah iseng membicarakan hal itu dengan mereka yang melakukannya dalam waktu dan tempat yang berbeda.
Dan kalian tahu? Mereka mengatakan alasan yang sama. “Gue nggak tahu apa – apa. Gue cuma disuruh sama si dia.”
Ini adalah pertama kalinya aku mengenal sebuah pengkhianatan yang ternyata menimbulkan sakit yang teramat dalam. Bertambah sakit ketika mereka bahkan setelahnya bertindak seolah – olah tak bersalah dan saling melemparkan kesalahan satu sama lain.
Aku diam. Dan kusimpan rapat – rapat semua perasaanku. Aku hanya katakan dalam hati, “Mereka bukan teman yang dipersiapkan Tuhan untukku. Namun aku tak perlu menjauhi mereka.Aku tak perlu menganggap mereka musuhku. Aku hanya cukup membatasi seberapa jauh aku menceritakan segala tentangku kepada mereka.”
Dapatkah kau bayangkan mereka yang hanya kau ijinkan untuk mengenalmu tak lebih dari sekadar teman sekolah, teman sekelas, teman..................... Ya, apapun itu lah. Namun mereka bertindak seolah – olah adalah yang paling tahu tentangmu.
Bahkan setelahnya mereka menertawakan dirimu, mencemooh, merendahkan dirimu.  Aku juga pernah merasakannya.
“Bila tak berniat untuk mencari kebenaran atas apa yang terjadi, jangan bertindak terlalu jauh mengomentari sesuatu yang kamu nggak tahu pasti.” -@jessicapatricee
Segalanya memunculkan trauma yang terus terbawa seiring perjalanan hidupku sehingga aku begitu tak ingin menjalin kedekatan dengan orang lain. Aku melarang diriku sendiri untuk membuka seluruh kehidupanku kepada mereka. Aku menciptakan jarak. Terkadang, sendiri itu lebih menyenangkan karena takkan ada yang dapat menyakitimu.
Berulang kali aku berdoa dalam hati, "Tuhan, aku sudah merasa cukup dengan adanya Kau di sampingku. Namun tunjukkanlah padaku siapa teman - temanku yang sebenarnya."
Akan memerlukan waktu yang panjang untuk mengetahui siapa yang benar - benar teman dan siapa yang bukan.
 Setelah melewati berbagai rintangan dan diperlihatkan para penghuni di dunia yang dikatakan layak untuk tempat tinggal ini, Tuhan menjawab doaku. Ia memberikanku lima orang teman terbaik yang hingga sekarang masih berhubungan baik denganku. Hanya saja jarak serta perbedaan tempat kami menuntut ilmu yang seringkali menyulitkan waktu pertemuan kami.

Namun ternyata kehidupan pertemanan yang kejam tak berhenti sampai di situ. Tuhan masih menginginkanku tuk merasakan sesuatu yang lebih daripada apa yang pernah kuterima.
Dan aku pun akhirnya melihat dunia yang sebenarnya.
Tidakkah ini terasa lucu? Saat ada orang – orang yang mendekatiku, bersikap seolah – olah temanku. Dan aku menerimanya dengan tangan terbuka.
Aku membantunya belajar bila ada yang tak ia mengerti. Aku membantunya dengan sabar, mulai dari saat tak bisa sampai akhirnya bisa menguasai pelajaran yang tak dimengerti olehnya.
Meskipun lelah aku tetap membantunya, bahkan walau harus mengajarkannya lewat SMS yang harus ku ketik panjang – panjang dengan mata yang mulai terkantuk – kantuk. 
Karena, aku lebih dulu tahu rasanya membutuhkan seseorang namun tak ada satu pun yang datang.
Aku tetap mendengarkan deretan pertanyaan – pertanyaan yang terlontar meskipun sebenarnya aku mulai muak dengannya.
Malu bertanya membuatmu tersesat di jalan. Terlalu banyak bertanya namun tak pernah membuatmu mengerti apapun, mungkin memang kamu yang terlalu bodoh. Atau hanya berpura - pura mengerti.
Aku memakluminya saat  aku memiliki suatu ide namun dengan bangganya ia bersikap seolah – olah ide itu berasal dari buah pikirannya di depan orang lain, termasuk di depanku juga.
Aku masih tetap menganggap ada kesamaan ide saat mereka mengambil sesuatu yang lahir dari hasil pemikiranku.
Karena sesungguhnya mereka yang mengakui apapun yang berasal dari kamu adalah mereka yang selalu tersembunyi dan sesekali ingin terasa hebat di mata orang lain. Namun sayangnya mereka melakukan dengan cara yang salah.
Juga saat mereka yang pernah menjadi temanku menyebar cerita bohong tentangku, teman - teman di sekitarnya. dan tentang segalanya, hanya demi sebuah popularitas?
Karena sesungguhnya mereka yang mencari ketenaran lewat memfitnah orang lain adalah mereka yang kesepian dan tak pernah memiliki teman dalam arti sesungguhnya.
Hingga akhirnya, kurasa cukup untuk mengerti dan memaklumi saat hantaman besar mereka tujukan. Aku pun mulai bersikap dingin terhadap manusia - manusia palsu seperti mereka.
Sejujurnya aku tak ingin mengingat – ingat akan hal ini. Mungkin untuk mereka yang tak pernah merasakannya, mereka hanya akan berpikir bahwa aku penuh kemunafikan saat akhirnya aku memutuskan tuk menjauhi mereka.
Namun bolehkah aku menjabarkan segalanya disini?
Saat aku begitu muak dan akhirnya sering menghilangkan diri dari antara manusia - manusia palsu, perlahan mereka yang pernah gencar mendekati langsung menjauh seolah aku tak memiliki apa pun lagi yang menguntungkan dirinya.
Saat aku hanya bertanya sedikit saat aku merasa tak mampu menyelesaikan tugasku, tak ingatkah kamu yang pernah aku ajarkan, malah bertindak seolah - olah kamu adalah yang lebih pintar dariku.
Aku hanya tersenyum saat ada "teman" yang berada dalam satu kelompok denganku begitu takut tidak akan lulus bila tidak segera menyelesaikan tugas yang diberikan. Tanpa ia tahu bahwa aku sampai tak mengumpulkan tugas untuk mata kuliah yang lain karena ia terlanjur tak perduli saat tugasnya telah selesai lebih dahulu daripada aku yang sempat meminta sedikit waktunya untuk mengajari aku. 
Tak perlu aku jelaskan bukan? Aku tak pernah meminta jawaban tugasmu, aku hanya meminta penjelasan yang membuatku mengerti. :)
"Menjadi seorang pengingat yang baik terasa begitu melelahkan saat tau mereka yang pernah menerima uluran tanganmu saat terjatuh, bersikap tinggi hati saat kamu yang terjatuh." -@jessicapatricee :))
Tidakkah itu cukup untuk membuktikan kamu tak mampu berdiri sendiri?
Tidakkah itu cukup untuk menjelaskan padaku kamu hanya ingin mengamankan diri dan menutupi kekuranganmu di balik badan orang - orang yang kamu rasa mampu menyembunyikan keburukanmu?
"Kasihanilah mereka yang berteman hanya mengikuti arus, mendekati siapapun yang sedang berada di atas, dan meninggalkan siapapun yang sedang terjatuh."
Masihkah kalian tak mengerti siapa yang penuh dengan kemunafikan? Aku atau kalian? :))
"Jadi haruskah bersabar lebih banyak lagi ketika mereka yang pernah kita perdulikan berubah menjadi serigala berbulu domba? Menyalahgunakan kebaikan.☺" -@jessicapatricee
Namun meski kurasa berat, Tuhan tak meninggalkanku sendirian. Ia menemaniku lewat perantara seorang sahabat baik yang kukenal dari tempat yang memuakkan.
Seringkali aku bertanya, adakah orang lain yang sama sepertiku? Tuhan menjawabnya lewat sahabat terbaik yang amat sangat aku sayangi.
Meskipun tak seluruhnya sama, menemukannya adalah 1:1000000 di dunia yang isinya adalah mereka yang penuh dengan kemunafikan. Untukku "Sedikit berarti lebih banyak☺"
Memberikanku kepercayaan yang memperlihatkan bahwa masih ada cahaya terang di tengah - tengah kegelapan. Cahayaku adalah kamu sahabat...... Maria Priscilla. Hadirmu adalah hal berharga bagiku.
"In you, I've found the love of my life, and my closest, truest friend....."
Dan aku pun mengerti akan satu hal......
"Bukan dunia yang kejam melainkan manusia - manusia di dalamnya yang berlaku kejam satu dengan yang lainnya."
Jangan salahkan aku bila ada di antara kalian yang membaca ini merasa tersindir olehku. Karena aku hanya akan menilai kamu BODOH jika apa yang aku tuliskan tak membuatmu berpikir dan berintrospeksi.
______________________________________________________________________________________________
WHERE DO I LIVE? WORLD?
SO, WHEN DOES THE END OF THE WORLD COME? I’M WAITING FOR IT!!!
LET EVERYTHING PERISH! :))))

Back to Top