The Little Thing Called Love Episode 3: Forgiveness and Love

_________________________________________________________________________________________
“The only thing that are hearts are made of 
are the acts of forgiveness and love.
The only thing real when push comes to shove
 are the acts of forgiveness and love.” 
–Miley Cyrus-
_________________________________________________________________________________________



Hey. Apa kamu melihatnya?
Buku – buku yang seakan terus berbisik meminta diisikan segala hal tentang aku dan kamu.
Buku – buku yang tadinya kosong, perlahan mulai menyimpan sedikit demi sedikit cerita tentang kita.
Aku mulai menggoreskan pena ke dalam buku milik kita.
FORGIVENESS AND LOVE, kutuliskan kata – kata itu sebagai judul cerita.
Cinta dan memaafkan.
Dua hal bermakna yang tak dapat dipisahkan.
Sebab takkan ada cinta tanpa memaafkan.
Juga takkan ada memaafkan tanpa cinta.

Mungkin Tuhan menciptakan aku dengan memberiku kelebihan.
Sebuah intuisi.
Di mana akan begitu mudah untukku membaca situasi, mengenali karakter, bahkan merasakan perubahan sekecil apapun.
Lebih cepat dari yang bisa orang lain lakukan.
Namun aku tetap hanyalah manusia biasa.
Aku bukanlah Tuhan yang selalu mampu mengetahui isi hati hamba-Nya,
Meski mereka bercerita hanya dengan bisikan, berbicara dalam hati,
Atau bahkan sekadar lewat tetesan air mata yang mengalir dari kedua sudut mata.

Aku teringat pada kejadian beberapa hari yang lalu.
Saat kamu tiba – tiba saja menjadi begitu berbeda.
Mungkin bila kita berada di tempat yang sama,
Kamu akan melihat bagaimana aku berkali – kali mengerutkan kening.
Pesan singkat darimu seolah membawaku ke dalam dua situasi.
Entah ingin menyudahi pembicaraan kita.
Atau mengisyaratkan bahwa aku tak perlu membalas apapun lagi.
Begitu pikirku.

Kemudian, handphone-ku berbunyi, tanda ada pesan masuk (lagi) darimu.
Hanya ada kata “Sayang!!!” dan kutunggu balasanmu beberapa lama setelah aku membalasnya,
Handphone-ku sama sekali tak berbunyi lagi.
Lucu, ketika hal ini menyulut perdebatan kecil di antara kita.
Beberapa kalimat darimu menghentakkan hatiku.
“Mmm.... Kamu nggak ada yang mau diomongin? Nggak ada yang mau ditanyain atau bilang apa gitu...?”
“Ya maaf deh kalau kamu ngambek karena aku bales singkat. Maafin aku.”

Juga saat aku menanyakan pesanmu yang terakhir kali,
jawabanmu seperti memperkuat keyakinanku bahwa ada sesuatu dalam dirimu.
“Ya orang kangen. Nggak boleh pake tanda seru?”


Dan, kamu tahu?
Aku begitu merasa kalut atas apa yang kamu katakan.
Sebuah kejujuran kecil, namun mampu membuatku begitu merasa bersalah terhadapmu.
 “Ya iya. Salah kan aku. Maafin.”
“Aku cuma mau di tanya kok sama kamu. Aku salah. Aku cuma mau diperhatiin sama kamu. Nanya udah makan apa belum.”
“Maaf, maaf. Pengen ditanya sama kamu. Pengen kamu yang nanya aku. Itu kok maksudnya. Maaf kalau aku salah :)”

Lihat? Betapa manis dan lucunya kamu saat menunjukkan perasaanmu yang sebenarnya. :")

Dan setelah apa yang kamu katakan, aku tahu menenangkanmu lewat pesan tidaklah baik untukmu. Juga untukku.
“Wait..... I want to record something! Wait yaaa ({})” kataku kepada kamu.

Dec 21, 2012 | 10.26 pm | VN00186-20121221-2224 | 1:39

"Sayang, maaf ya aku bales bbm kamu lama banget.
Mm.. Kamu jangan minta maaf lagi. Kamu nggak salah kok. Aku yang salah.
Sebenernya tadi itu aku tau kalau kamu lagi beda. Tapi bukannya kemarin kamu yang bilang sama aku, kalau ada apa – apa aku harus langsung bilang sama kamu.
Sekarang, kamu juga harus kaya gitu.
Kalau ada sikap aku yang nggak kamu suka, tolong bilang ya sama aku.
Tadi itu aku cuma tau kalau kamu lagi beda. Tapi kalau misalnya kamu diem aja, aku mana tau kamu lagi ada apa – apa.
Udah, kamu jangan sedih ya. Kalau kamu sedih aku juga ikut sedih.
Aku minta maaf banget udah bikin kamu kesel, marah, atau mungkin juga sedih gara – gara aku.
Aku sayang banget sama kamu. Aku nggak mau bikin kamu sedih. Maaf ya.
Dan kita jangan jadi nggak enak kaya gini. Maafin aku ya."


Balasan voicenote darimu semakin menambah rasa bersalahku.
Juga tak menghentikan air mataku.
Suaramu begitu lirih.
Saat kamu mengucapkan maaf.
Saat kamu mengatakan “Aku nggak mau kalau kamu ikut sedih.”
Saat kamu berbisik “Aku kangen banget sama kamu.” :’)
Juga kata “I love you” yang kamu sisipkan di akhir pesan suaramu.

Kamu tahu apa yang membuatku begitu sedih?
Bukan. Bukan karena kamu. Tapi, karena aku begitu bodoh.
Tak menyadari bahwa aku melukai kamu.

Aku ingin mengucapkan maaf untuk ketiga hal ini:
Pertama, karena aku telah membuatmu sedih.
Kedua, karena ternyata kamu hanya ingin meminta perhatian dariku.
Hanya ingin sekadar mendapatkan pertanyaan dariku.
Dan yang ketiga...................
Kamu tahu? Belum pernah ada yang melakukan hal ini terhadapku setelah selama ini berkali – kali aku berpacaran.

Apa kamu ingat?
Saat di mana kita bertengkar di hari yang telah kita sepakati untuk bertemu?
Aku terus – menerus meminta pulang.
Kamu marah padaku. Tapi kamu tetap tak berhenti mengirimkan pesan untukku.
Seolah kamu tetap ingin memanfaatkan waktu untuk bertemu aku.
Kamu terus bertanya padaku, “Kamu yakin mau pulang? Nggak mau ketemu?”
Saat itu tingkahku begitu menyebalkan.
Ego membuatku membohongi diri sendiri bahwa aku pun sebenarnya sudah terlalu rindu dengan kamu. Ingin bertemu kamu.
Begitu bebalnya aku.

Lalu kemudian setelah kita bertemu, kamu katakan ini padaku.
“Kamu nggak boleh ngambek – ngambek kaya gitu. Jelek kalau ngambek. Kamu itu harus dewasa.”
Kamu ingat? :’)
 Juga saat aku berada di rumahmu untuk pertama kalinya.
Dengan lembut kamu berbicara padaku. Perihal masalah kita yang terjadi sebelumnya.
“Aku itu tau. Tapi kalau kamu nggak ngomong, aku juga akan diem. Dan aku lebih suka kalau kamu ngomong sama aku.”

Entah kenapa aku merasa betapa aku sering membuatmu kesusahan.
Dengan tingkahku yang seperti anak usia lima tahun.
Maaf. Aku menyesal telah membuat kamu terluka. :’)

Namun satu hal yang ingin kukatakan untuk kamu.
Aku takkan mungkin sengaja menyakiti seseorang yang begitu berarti untukku.
Seseorang yang telah begitu tulus memperlakukan aku dengan begitu istimewa.
Seseorang yang selalu menghangatkan aku dengan sebuah pelukan erat.
Seseorang yang selalu memberikan kecupan di keningku sehabis bertemu.
Seseorang yang selalu mengabari aku tanpa pernah aku minta lebih dulu.
Seseorang yang menjadi alasan untuk aku tersenyum.
Seseorang yang telah membuatku kembali percaya untuk apa yang disebut cinta.


Aku terlanjur menyayangi kamu..........
Dan setitik luka milikmu saja yang disebabkan karena aku,
Dapat membuatku begitu merasa kecewa terhadap diriku sendiri.
Karena aku lebih dulu tahu betapa sakit nya dilukai.
Karena aku lebih dulu tahu betapa sedihnya melihat orang yang kita cintai terluka.
Aku takkan rela membiarkan kamu merasakannya. :')

Dan kamu harus selalu mengingat tentang hal ini.
Bila ada sesuatu yang mengganjal di hatimu, katakanlah.
Dan bila kamu merasa kecewa setiap kali aku begitu berbeda,
Dan terkesan tidak sesuai dengan apa yang kamu inginkan.
Percayalah, aku adalah seorang yang tercipta dengan kapasitas memori yang begitu besar.
Yang dapat menyimpan segala bentuk kenangan.
Aku selalu mengingat kata - kata yang pernah kamu ucapkan, yang bahkan t'lah terlupa olehmu.
Aku selalu mengingat hal – hal kecil yang yang pernah kamu lakukan, yang bahkan kamu anggap itu bukan hal istimewa.
Namun nyatanya aku tersenyum karenamu.
Dan juga karena aku seorang pengingat yang baik.
Juga terlebih karena hadirmu yang begitu berarti,
memaknai setiap hembusan nafas dan ayunan langkahku.

Atas apa yang akan dan t'lah kamu lakukan untukku,
Akan kusimpan segalanya, mencatatnya sebagai kenangan manis.
Yang akan membuatku berpikir berulang kali 'tuk tidak meyakitimu. 
Yang akan membuatku mencintaimu dengan cara terbaik dariku.
Dan atas nama cintaku untuk kamu.
Maaf untuk segalanya yang pernah begitu membuatmu terluka karenaku.
I love you, Jonathan Sylvester........... :’)
_________________________________________________________________________________________

"Cause in the end no one loses or wins.
The story begins again and again.
With forgiveness and love."
-Miley Cyrus-




Back to Top