_________________________________________________________________________________________
“The only thing that are hearts are made of
“The only thing that are hearts are made of
The only thing real when push comes
to shove
are the acts of forgiveness and love.”
–Miley Cyrus-
_________________________________________________________________________________________
Hey. Apa kamu melihatnya?
Buku – buku yang seakan terus berbisik
meminta diisikan segala hal tentang aku dan kamu.
Buku – buku yang tadinya kosong,
perlahan mulai menyimpan sedikit demi sedikit cerita tentang kita.
Aku mulai menggoreskan pena ke dalam
buku milik kita.
FORGIVENESS AND LOVE, kutuliskan kata – kata itu sebagai judul cerita.
Cinta dan memaafkan.
Dua hal bermakna yang tak dapat
dipisahkan.
Sebab takkan ada cinta tanpa
memaafkan.
Juga takkan ada memaafkan tanpa
cinta.
Mungkin Tuhan menciptakan aku dengan
memberiku kelebihan.
Sebuah intuisi.
Di mana akan begitu mudah untukku
membaca situasi, mengenali karakter, bahkan merasakan perubahan sekecil apapun.
Lebih cepat dari yang bisa orang lain
lakukan.
Namun aku tetap hanyalah manusia
biasa.
Aku bukanlah Tuhan yang selalu mampu
mengetahui isi hati hamba-Nya,
Meski mereka bercerita hanya dengan
bisikan, berbicara dalam hati,
Atau bahkan sekadar lewat tetesan air
mata yang mengalir dari kedua sudut mata.
Aku teringat pada kejadian beberapa hari yang
lalu.
Saat kamu tiba – tiba saja menjadi begitu
berbeda.
Mungkin bila kita berada di tempat yang sama,
Kamu akan melihat bagaimana aku berkali – kali mengerutkan
kening.
Pesan singkat darimu seolah membawaku ke dalam
dua situasi.
Entah ingin menyudahi pembicaraan kita.
Atau mengisyaratkan bahwa aku tak perlu
membalas apapun lagi.
Begitu pikirku.
Kemudian, handphone-ku
berbunyi, tanda ada pesan masuk (lagi) darimu.
Hanya ada kata “Sayang!!!” dan kutunggu
balasanmu beberapa lama setelah aku membalasnya,
Handphone-ku
sama sekali tak berbunyi lagi.
Lucu, ketika hal ini menyulut
perdebatan kecil di antara kita.
Beberapa kalimat darimu menghentakkan
hatiku.
“Mmm.... Kamu nggak ada yang mau diomongin?
Nggak ada yang mau ditanyain atau bilang apa gitu...?”
“Ya maaf deh kalau kamu ngambek karena aku bales
singkat. Maafin aku.”
Juga saat aku menanyakan pesanmu yang
terakhir kali,
jawabanmu seperti memperkuat
keyakinanku bahwa ada sesuatu dalam dirimu.
“Ya orang kangen. Nggak boleh pake tanda seru?”
Dan, kamu tahu?
Aku begitu merasa kalut atas apa yang
kamu katakan.
Sebuah kejujuran kecil, namun mampu
membuatku begitu merasa bersalah terhadapmu.
“Ya iya.
Salah kan aku. Maafin.”
“Aku cuma mau di tanya kok sama kamu. Aku
salah. Aku cuma mau diperhatiin sama kamu. Nanya udah makan apa belum.”
“Maaf, maaf. Pengen ditanya sama kamu. Pengen
kamu yang nanya aku. Itu kok maksudnya. Maaf kalau aku salah :)”
Lihat? Betapa manis dan lucunya kamu saat menunjukkan perasaanmu yang sebenarnya. :")
Dan setelah apa yang kamu katakan, aku tahu menenangkanmu lewat pesan tidaklah baik untukmu. Juga untukku.
Dan setelah apa yang kamu katakan, aku tahu menenangkanmu lewat pesan tidaklah baik untukmu. Juga untukku.
“Wait..... I want to record something! Wait
yaaa ({})” kataku kepada kamu.
Dec 21, 2012 | 10.26 pm | VN00186-20121221-2224
| 1:39
"Sayang, maaf ya aku bales bbm kamu lama banget.
Mm.. Kamu jangan minta maaf lagi. Kamu nggak salah kok. Aku yang salah.
Sebenernya tadi itu aku tau kalau kamu lagi
beda. Tapi bukannya kemarin kamu yang bilang sama
aku, kalau ada apa – apa aku harus langsung bilang
sama kamu.
Sekarang, kamu juga harus kaya gitu.
Kalau ada sikap aku yang nggak kamu suka,
tolong bilang ya sama aku.
Tadi itu aku cuma tau kalau kamu lagi beda. Tapi kalau misalnya kamu diem aja, aku mana tau kamu lagi ada apa – apa.
Udah, kamu jangan sedih ya. Kalau kamu sedih aku juga ikut sedih.
Aku minta maaf banget udah bikin kamu kesel,
marah, atau mungkin juga sedih gara – gara aku.
Aku sayang banget sama kamu. Aku nggak mau bikin kamu sedih. Maaf ya.
Dan kita jangan jadi nggak enak kaya gini. Maafin aku ya."
Balasan voicenote darimu semakin menambah rasa bersalahku.
Juga tak menghentikan air mataku.
Suaramu begitu lirih.
Saat kamu mengucapkan maaf.
Saat kamu mengatakan “Aku nggak mau kalau kamu ikut sedih.”
Saat kamu berbisik “Aku kangen banget sama kamu.” :’)
Juga kata “I love you” yang kamu sisipkan di akhir pesan suaramu.
Kamu tahu apa yang membuatku begitu
sedih?
Bukan. Bukan karena kamu. Tapi, karena aku begitu bodoh.
Tak menyadari bahwa aku melukai kamu.
Aku ingin mengucapkan maaf untuk
ketiga hal ini:
Pertama, karena aku telah membuatmu
sedih.
Kedua, karena ternyata kamu hanya
ingin meminta perhatian dariku.
Hanya ingin sekadar mendapatkan
pertanyaan dariku.
Dan yang ketiga...................
Kamu tahu? Belum pernah ada yang
melakukan hal ini terhadapku setelah selama ini berkali – kali aku berpacaran.
Apa kamu ingat?
Saat di mana kita bertengkar di hari
yang telah kita sepakati untuk bertemu?
Aku terus – menerus meminta pulang.
Kamu marah padaku. Tapi kamu tetap tak berhenti
mengirimkan pesan untukku.
Seolah kamu tetap ingin memanfaatkan
waktu untuk bertemu aku.
Kamu terus bertanya padaku, “Kamu yakin mau pulang? Nggak mau ketemu?”
Saat itu tingkahku begitu
menyebalkan.
Ego membuatku membohongi diri sendiri
bahwa aku pun sebenarnya sudah terlalu rindu dengan kamu. Ingin bertemu kamu.
Begitu bebalnya aku.
Lalu kemudian setelah kita bertemu, kamu
katakan ini padaku.
“Kamu nggak boleh ngambek – ngambek kaya gitu.
Jelek kalau ngambek. Kamu itu harus dewasa.”
Kamu ingat? :’)
Dengan lembut kamu berbicara padaku.
Perihal masalah kita yang terjadi sebelumnya.
“Aku itu tau. Tapi kalau kamu nggak ngomong,
aku juga akan diem. Dan aku lebih suka kalau kamu ngomong sama aku.”
Entah kenapa aku merasa betapa aku
sering membuatmu kesusahan.
Dengan tingkahku yang seperti anak
usia lima tahun.
Maaf. Aku menyesal telah membuat kamu
terluka. :’)
Namun satu hal yang ingin kukatakan
untuk kamu.
Aku takkan mungkin sengaja menyakiti
seseorang yang begitu berarti untukku.
Seseorang yang telah begitu tulus
memperlakukan aku dengan begitu istimewa.
Seseorang yang selalu menghangatkan
aku dengan sebuah pelukan erat.
Seseorang yang selalu memberikan
kecupan di keningku sehabis bertemu.
Seseorang yang selalu mengabari aku
tanpa pernah aku minta lebih dulu.
Seseorang yang menjadi alasan untuk
aku tersenyum.
Seseorang yang telah membuatku
kembali percaya untuk apa yang disebut cinta.
Aku terlanjur menyayangi
kamu..........
Dan setitik luka milikmu saja yang
disebabkan karena aku,
Dapat membuatku begitu merasa kecewa
terhadap diriku sendiri.
Karena aku lebih dulu tahu betapa sakit nya dilukai.
Karena aku lebih dulu tahu betapa sedihnya melihat orang yang kita cintai terluka.
Aku takkan rela membiarkan kamu merasakannya. :')
Dan kamu harus selalu mengingat
tentang hal ini.
Bila ada sesuatu yang mengganjal di
hatimu, katakanlah.
Dan bila kamu merasa kecewa setiap
kali aku begitu berbeda,
Dan terkesan tidak sesuai dengan apa
yang kamu inginkan.
Percayalah, aku adalah seorang yang tercipta dengan
kapasitas memori yang begitu besar.
Yang dapat menyimpan segala bentuk kenangan.
Aku selalu mengingat kata - kata yang pernah
kamu ucapkan, yang bahkan t'lah terlupa olehmu.
Aku selalu mengingat hal – hal kecil yang
yang pernah kamu lakukan, yang bahkan kamu anggap itu bukan hal istimewa.
Namun nyatanya aku tersenyum karenamu.
Dan juga karena aku seorang pengingat
yang baik.
Juga terlebih karena hadirmu yang
begitu berarti,
memaknai setiap hembusan nafas dan
ayunan langkahku.
Dan atas nama cintaku untuk kamu.
Maaf untuk segalanya yang pernah
begitu membuatmu terluka karenaku.
I love you, Jonathan
Sylvester........... :’)
_________________________________________________________________________________________
"Cause in the end no one loses or wins.
The story begins again and again.
With forgiveness and love."
-Miley Cyrus-
Post a Comment