The Little Thing Called Love Episode 2: Me, My Heart, and My Simplicity For You ♥

My recommendation songs for your backsound while you're reading this story: ☺

1. Depapepe - Mint
2. Depapepe - Kazemidori
3. Depapepe - Nemachi No Tsuki
4. Yiruma - Love


Bila perbedaan yang seharusnya menyuarakan keindahan pernah membawaku ke dalam lautan luka.
Merapuhkan jiwaku.
Meluluh-lantakkan separuh duniaku.
Bagaimana dengan persamaan?
Akankah terjadi hal sebaliknya?
Akankah persamaan yang tak kalah menyenangkan kan membawaku ke dalam lautan kebahagiaan?
Meneguhkan jiwaku.
Mengembalikan separuh duniaku yang hilang.

♥♥♥♥

Terkadang.....
Saat kau memutuskan untuk tak mengedepankan masa lalu, meletakkannya di urutan terbelakang, atau membicarakan bahkan menoleh sedikit saja pun tak mau.
Masa lalu seakan dapat bergerak secepat bayangan. Mengejar kemana pun kau pergi.
Berusaha kembali menjadi yang terutama dalam hidupmu.
Berusaha mensejajarkan diri dengan dirimu yang baru. Memasuki dan ingin menjadi bagian masa depanmu. 
Masa lalu. Tak ingin kehilangan dirimu.

Sama seperti apa yang terjadi di awal sebuah cerita.
Ketika masa lalu seperti masih berusaha membayangi, menghalangi jejak langkah kita, menciptakan sedikit keraguan, aku membuka suara tuk mempertanyakan. Walau rasanya enggan membicarakannya. Dan kamu menjawabnya.
Terlihat jelas sebuah ketakutan yang akhirnya aku tau itu adalah sebuah traumatis. Mungkin bila kita sedang saling bertatapan, satu – satunya hal yang kita lakukan hanyalah terdiam. Tak mampu mengungkapkan kata.
Sesaat, kamu meminta untuk menghilang sejenak dariku.
“Jess.....”
“Iyaa?”
“Kalau malem ini kita nggak BBM-an dulu boleh? Aku perlu sendiri malem ini :(”
“Boleh.  I hope you enjoy ‘your time’ ya :)”
“Kamu jangan mikir aneh – aneh ya ke aku. Besok pagi aku akan ngabarin kamu.”
“Iya, pasti. I will be waiting kok :’)”
“Aku sayang kamu, Jes :’(“
“Aku nggak bales bilang itu bukan berarti aku nggak sayang kamu.  Percaya ya.”
“Iya. Byebye Jeje ({})”

Namun nyatanya aku tak perlu menunggumu hingga esok pagi. Kamu kembali.
Dan  rasanya aku seperti bercermin pada diriku sendiri. Saat aku takut akan kehilangan.


November 14, 2012

“Jeje.... Aku kangen :(“
“Me too 
“Aku takut. Waktu kamu tanya – tanya tadi, aku takut kamu mikir aneh sama aku. Terus kamu ngilang dari aku.:(“
“Maaf ya udah bikin kamu takut. Aku nggak ngilang kok. Aku udah lebih dulu tahu rasanya ditinggalkan. Makanya, aku nggak akan ninggalin.”

“Jangan bikin aku takut lagi ya. Aku masih trauma soal ditinggalin.”
“Aku percaya kamu. Kamu percaya aku. Gimana? :’)”
“Iya. Aku percaya sama kamu, Jeje. ({})”
“Kamu tahu nggak? Setiap kali aku berusaha menjaga orang yang aku sayang, pada akhirnya orang yang aku sayang selalu ninggalin aku. Setiap kali orang yang aku sayang melarang aku pergi, pada akhirnya orang itu yang lebih dulu pergi. Aku sedih waktu kamu bilang kamu takut ditinggal. Karena aku inget rasanya. Kamu jangan takut lagi. Karena aku tahu itu.”
“Kamu juga masih takut yaaa. Aku akan ngejaga kamu kok ({})”
“Bahkan aku takut setiap kali orang menjanjikan aku sesuatu. Waktu kamu tanya ‘kamu sayang aku?’ aku nggak jawab bukan karena aku nggak mau. Aku cuma takut. Aku seperti tersugesti setiap kali merasa terlalu cepat senang akan sesuatu, biasanya kejadian berikutnya aku akan ‘jatuh’ lagi.”
“Kita punya ketakutan yang sama ya. Selama ini aku selalu ditinggal.”
“Iya. Dan hal itu seperti membuat kita jadi lebih self-protective.”
“Tapi entah kenapa aku berani untuk ngebuka diri ke kamu.........”

:’)
..............................................................................................................................................

Keraguan tak berhenti sampai disitu.
Kebimbangan seperti terlalu jatuh cinta pada diriku.
Ia sengaja menciptakan dilemma yang sebelumnya telah sempat menghilang entah kemana.
Atau mungkin memang diriku yang masih terlalu enggan ‘tuk  benar – benar membiarkan dirimu menyembuhkan luka dalam hatiku.
Dan sesungguhnya, entah mengapa tiba – tiba saja aku menjadi begitu memikirkan segala sesuatu yang seharusnya tak boleh kujadikan tolak ukur bila ingin menjalani suatu hubungan.

“Terkadang, ada saat di mana aku merasa nggak percaya diri. Kamu inget saat aku tanya ‘kamu pernah sama anak  rumahan kayak aku’? Karena aku sempet mikir aku nggak  sama seperti kamu. Cara hidup kita berbeda.”

Kamu menjawab .........

“Kamu kira aku punya apa? Hidupku biasa – biasa aja. Dulu juga aku anak rumahan. Kalau bukan karena latar belakang kehidupanku, aku juga pasti nggak akan kaya gini. Aku lebih seneng ada di rumah. Dan aku nggak mau cewek yang pergaulannya sama kaya aku. Karena aku mau ada yang control aku. Jadi panutan aku buat rubah gaya hidup.”

Dan saat kamu mengatakan...............
“Aku masih mau denger kamu bilang  sayang ke aku deh.”
Aku menjawab .............................
“Apa nggak terlalu cepat? Aku bukan nolak untuk bilang itu. Tapi.......... Yah, Okay. Aku ganti aja jadi kayak gini ya. Aku mulai sayang kamu, sepertinya :’)




“Sebenernya aku ada ketakutan lain. Aku pernah suka sama cewek. Dia malah jadian sama cowok lain karena terlalu lama waktu pendekatan.”

“Itu sebabnya kamu bilang itu sekarang?”

“Bukan cepet – cepet juga. Nggak tau kenapa aku merasa yakin sama kamu.”

“Sejak kapan?”

Dan ini adalah saat di mana aku tak lagi mampu menyangkal gejolak rasa yang semakin meluap meski berkali – kali kebimbangan juga membeludak seperti cemburu bila aku menerimamu masuk menjadi bagian cerita hidupku.

“Sejak aku tahu kita punya banyak kesamaan. Sejak aku ketemu sama kamu.”

“Termasuk karena nama kakakku sama seperti namamu dan nama kakakmu sama seperti namaku?”

“Kita punya banyak banget persamaan, Jejeee.”

“Coba kamu sebut.....”

“Permasalahan di keluarga kita sama. Same like you, aku juga suka instrumental music. Jadi, bisa dibilang kita sama –  sama bisa saling mengerti.”

“.............”

Bukan mauku tuk menitikkan setetes air mata. Untuk pertama kalinya, keraguan kalah.  Kamu menang.

♥♥♥♥

November 19, 2012. In the morning.

Kamu:
Jeeee, maaf semaaf – maafnya untuk kedua kalinya aku ketiduran :’(
Aku capek banget semalem. Maafin aku, sayang.

Aku:
Okay.

Kamu:
Maaf. Kamu pasti bete sama aku :(

Aku:
Biasa aja sih. Hehehe.

Kamu:
Maafin aku. Jangan jutek gitu :(
Nanti ketemu ya sayang?

Aku:
Ketemu nggak yaaa? :]

Kamu:
:(

Aku:
Hihihi. Iya iya nanti ketemuuuu. Yang bisa peluk ya :p

Kamu:
Aku pokoknya mau ketemu kamu dulu genduuutt. Aku kangen tau sama kamu :(

Aku:
(з˘˘)˘ε)

Kamu:
Ilysm :*

Aku:
Me too :}

Kamu:
iih cuma me too doang 3-|

Aku:
Sensi banget kamu sayang.
Aku sayaang kamuuuuuuuuu <3 ({})

Kamu:
({})({})({})({})({})({})({})({})({})({})({})({}) ♥♥♥♥

Aku:
Percuma banyak emoticon kalau nggak peluk beneran ;;)

Kamu:
Nanti aku peluuuuk ;;)

..................................................................................................................................................................

On the same day. November 19, 2012.
Rainy day.

Hujan turun begitu deras.
Aku begitu ketakutan rencana bertemu kamu akan menjadi sesuatu yang sia – sia.
Di tengah suara gemericik air hujan yang membasahi bumi, aku sebetulnya sibuk memanjatkan doa agar hari ini menjadi pertemuan kita yang kedua.
Mungkin bisa saja aku menahan rindu yang terus – menerus menyesap ke dalam hati dan segalanya yang ada pada diriku. Tapi kali ini aku mementingkan egoku tuk bertemu kamu segera.
Dan di saat hujan terkesan ingin menggagalkan pertemuan antara aku dan kamu, aku tetap tak bisa membenci hujan.
Aku menyukai hujan. Seperti aku menyukai cerita kita.
Dan pada akhirnya hujan memang menggoreskan sejarah kisah kita dengan begitu indah.
Membentuk sebuah memorabilia1.
Aku semakin menyukai hujan. Beserta kamu, tentu saja. :D

♥♥♥♥


Beberapa lamanya kita saling terdiam meski sedang duduk berdampingan.  
Aku dan kamu seperti sibuk bermain dengan pikiran masing – masing yang aku pun tak tahu entah kemana kita membawanya.
Atau mungkin juga kita terlihat sedang menikmati riuhnya hujan dan bau tanah yang basah disirami hujan, menambah sedikit romantisme.
Diam – diam aku tertawa geli. Khayalku malah meninggi di saat kamu terdiam tak berbicara sepatah kata.
Menebak – nebak apa yang akan terjadi selanjutnya antara kita berdua.

“Mmm. Kamu nggak ingin ngomong sesuatu?” akhirnya kamu membuka percakapan.
“Aku bingung juga mau ngomong apa. Kamu aja yang tanya, nanti aku jawab.” Jawaban yang terdengar bodoh, kurasa.
“Jangan sampe nyesel nanti  kalau misalnya jarang – jarang ketemu aku.” Uhh! Sebal sekali rasanya aku mendengar kata – katanya. Memangnya ia mau pergi kemana, sih?
Dan belum sempat aku mengucapkan kata, kamu berbicara lagi.......................
“Uhmm. Kalau misalnya aku pergi ke tempat yang jauh selama beberapa lama gimana?” tanya kamu.
“Heh? Kemana?” aku berusaha tak terlihat terkejut. Tapi aku mengerutkan kening. Gagal menyembunyikan rasa kagetku. Semoga kamu tak menyadarinya.
“Sekolah ke Korea. Tapi masih belum pasti juga sih. Aku masih mikir untuk hal itu.”
“Aku tak ingin berjauhan dari kamu,” kataku. Tapi sayang hanya kukatakan dalam hati.
“Ngg..... Ya nggak gimana – gimana,” akhirnya kata itu yang terucap. Ah! Lagi – lagi jawaban yang bodoh.

Bila saja kamu tahu, saat itu aku tak ingin begitu menunjukkan padamu sesuatu yang sesungguhnya menyiksaku dengan terus – menerus merayuku untuk mengatakan kejujuran atas perasaan yang begitu meluap  - luap.
Termasuk senyum yang menghiasi wajahku setiap kali kuterima pesanmu.
Tawa renyahku yang mengisi hari – hariku saat kuterima telepon darimu.
Juga debaran jantungku sendiri saat berhadapan langsung dengan kamu.



♥♥♥♥

Kemudian aku seperti ingin menguji kamu untuk segala yang telah kita lewati di hari kemarin.
Untuk sebuah hubungan manis yang aku harap ini bukanlah kesenangan sesaat.
Kegugupan yang begitu terasa membuatku melakukan kesalahan dalam menata kata – kata yang keluar dari bibirku. Setelah aku mengucapkannya, aku menyadari kesalahpahaman pasti akan terjadi antara kita. Entah karena kata – kata bodohku atau kamu yang kesulitan menangkap maksud ucapanku.

“Kalau misalnya tiba – tiba kita nggak deket lagi gimana?” aku bertanya.
Kamu kembali terdiam agak lama sebelum menjawab dengan nada yang terdengar kaku seperti kebingungan mau berkata apa. 
“Setelah kita ketemu lagi kaya sekarang ini, aku punya sebuah ketakutan kalau apa yang terjadi kemarin – kemarin antara kita cuma akan bertahan sesaat.” kataku lagi.  
“Aku itu nggak gampang buat bersikap kaya gini sama orang...........” kata kamu.
“Ya. Untuk aku ini semua rasanya terlalu cepet. Mungkin masa lalu juga yang membuat aku jadi seperti ini. Aku cuma berusaha melindungi hati aku. Aku nggak mau kaya dulu – dulu lagi.”
“Mungkin kali ini aku sama kamu itu berbeda. Aku nggak bisa terlalu lama. Dan kamu nggak bisa terlalu cepet. Tapi yang aku rasain tetep sama kok. Kemarin. Dan juga sekarang saat kita ketemu. Kalau kamu gimana?”
“Mmm......” aku tak melanjutkan kata – kataku dan akhirnya aku menganggukan kepala.

............................................................................................................................................................................

Kemudian, perlahan kamu meletakkan tanganmu di atas tanganku. Kamu menggenggamnya. Hangat.
“Kamu terakhir kali pacaran kapan, ya?”
“Mmm...  Pokoknya seinget aku putus terakhir kali itu bulan Agustus.”
“Berarti udah tiga bulan yang lalu, ya.”
“Iyaa.”
Kamu mempererat genggaman tangan kita. Tiba - tiba ........
“Kamu mau jadi pacar aku?”
AH! KALI INI AKU BAHKAN TAK INGIN MENYEMBUNYIKAN RASA TERKEJUTKU!

Dan entah mengapa hari ini ‘diam’ begitu mendominasi dalam pertemuan kita, membuat suasana begitu lengang. Hanya alunan bunyi hujan yang terdengar merdu di telinga aku dan kamu .
Aku terdiam beberapa saat sebelum mengatakan “Iya” sambil menganggukan kepala.
Tapi bahkan kamu seperti senang sekali membuatku tersipu dengan menyuruhku menjawab pertanyaanmu secara lengkap.
“Iya apa? Cuma ngangguk mah aku nggak mau liat. Jawab yang bener dong.”


Akhirnya dengan malu – malu aku menjawab,”Iya, aku mau jadi pacar kamu.”


Lalu, kamu merentangkan tanganmu meraih tubuhku. Memeluknya erat.
“Boleh ya aku peluk kamu sebentar aja?”
Lagi – lagi terasa hangat. Dinginnya hujan tak lagi begitu terasa saat kamu melakukannya.
Entah ini hanya aku saja atau kamu juga merasakannya, bahwa debaran jantungku semakin tak karuan. 
Termasuk saat wajahmu begitu dekat dengan wajahku, hingga aku memalingkan muka.
Aku ingat, sekali waktu kamu mencandai aku dengan berkata,”Pipi kamu merah tuh.....”
Hal itu membuatku semakin tersipu malu.
Juga saat kita melakukan pelukan yang kedua, ketiga, keempat, dan............ Ah, aku tak lagi menghitungnya karena terlalu memaknai pelukan darimu.

♥♥♥♥

Dan saat tiba waktunya kamu pulang, kamu menghadiahkan kecupan manis di pipi dan keningku. Sebagai pelengkap kebahagiaan di hari istimewa kita.
♥ 19 – 11 – 12 
.....................................................................................................................................................


“I love you.”
“I love you too....”
..............................................................................................................................................

Untuk hati yang pernah terluka begitu dalam.
Sesuatu menyembuhkannya kembali.
Untuk hati yang pernah patah.
Sesuatu merekatkannya kembali.
Untuk jari – jemari yang pernah dilepaskan begitu saja.
Sesuatu menggenggamnya kembali.
Untuk jiwa yang pernah tenggelam dalam kelam.
Sesuatu merengkuhnya kembali.
Sesuatu itu adalah ................... CINTA.


Untuk cinta yang pernah tak inginku raih lagi.
Seseorang membantu menggapainya kembali.
Untuk cinta yang pernah tak inginku percayai lagi.
Seseorang membantu meyakinkan diriku kembali.
Untuk cinta yang pernah membuatku kehilangan.
Seseorang membantu melengkapi bagian yang hilang.
Untuk sisa kepingan hati yang terbagi-bagi.
Seseorang membantu menjadikannya utuh kembali. 
Seseorang itu adalah ............... KAMU.


Untuk kamu yang menjadi terutama dalam cerita.

Ini aku yang mencintai kamu.
Ini hatiku yang menjaga hatimu.
Ini kesederhanaanku, satu – satunya kepunyaanku tuk melengkapi kamu.

________________________________________________________________________________________

1) Memorabilia : sesuatu / peristiwa yang patut dikenang

5 Comments

znzulaimyta said...

Jesssssseeeehhhh. BAHAGIANYA LANJUT YA SAMA OJOOONN! Wish the best for both of you. Semoga cerita indah kayak gini ga cuma hanya ada di awal tapi berlanjut hingga ke akhir :")

Unknown said...

Wish nya bikin terharu. Thankyou so much, Mytaa :-*
Semoga cerita indah kamu juga berlanjut ya :')

Unknown said...

ih senengnya liat chika punya pacar baru.. I wish you both happiness, love and fun together!... :x :-*

Unknown said...

Aaaah! Kak echaaa makasih baca blog aku hehehe dibaca cerita yang lain jg boleh bgt hihiiy makasih ya kak. Wish you have blessing too in your own love&life :D♥

Anonymous said...

Still love reading this -J

Back to Top